Syaikh Burhanuddin Ulakan Intelektual Muslim Nusantara Abad 17

 Syaikh Burhanuddin Ulakan Intelektual Muslim Nusantara Abad 17

Syaikh Burhanuddin

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Diskursus intelektual muslim di Nusantara abad 17, terdapat sosok penting di daratan Sumatera Barat. Ia tak lain adalah Syaikh Burhanuddin Ulakan. Siapakah beliau?

Pakar filologi Islam, A. Ginanjar Sya’ban menjelaskan bahwa sosok Syaikh Burhanuddin Ulakan merupakan ulama besar tasawuf dari Sumatera Barat. Ia adalah kawan sezaman dengan Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan di Jawa Barat.

Ginanjar menilai sosok Syaikh Burhanuddin Ulakan merupakan intelektual muslim penting dalam sejarah perkembangan Islam di Minangkabau. Ia wafat tahun 1704 M.

Sebagai seorang ulama faqih dan sufi besar, keberadaan Syaikh Burhanuddin Ulakan menurut Ginanjar sebagai ikon penting tonggak persebaran agama Islam di wilayah tersebut.

“Syaikh Burhanuddin Ulakan hidup di akhir abad 17 M dan wafat di awal abad 18 M. Beliau masih terhitung sebagai murid langsung dari Syaikh Abdul Rauf Singkel (w. 1693),” ungkap Ginanjar dalam catatan yang diunggah di akun facebook pribadinya, dikutip Jumat (18/12/2020).

Murid dari Khalifah dan Mursyid Tarekat Syathariah

Ginanjar menjelaskan, dari Syaikh Abdul Rauf Singkel inilah Syaikh Burhanuddin Ulakan kemudian mendapatkan kredensi sebagai khalifah dan mursyid Tarekat Syathariah.

Dalam kesilsilahan Tarekat Syathariah di Nusantara, Syaikh Abdul Rauf Singkel adalah orang yang pertama kali membawa tarekat tersebut ke Nusantara.

“Beliau meriwayatkan tarekat tersebut dari Syaikh Ahmad al-Qusyasyi (w. 1661) dan Syaikh Ibrahim al-Kurani (w. 1690), dua orang ulama besar dunia Islam yang berkedudukan di Madinah,” jelasnya.

Lantas apa karya penting dari sosok Syaikh Burhanuddin Ulakan sebagai seorang intelektual muslim di abad 17?

Kitab Tadzkirah al-Ghabiy

Ginanjar menjelaskan bahwa di antara karya intelektual Syaikh Burhanuddin Ulakan adalah kitab “Tadzkirah al-Ghabiy”.

“Kitab tersebut merupakan syarah dan terjemah dari kitab “al-Hikam Ibn ‘Athaillah” yang sangat terkenal dalam bahasa Melayu-Minangkabau aksara Arab,” ujarnya.

Ulasan mengenai kitab “Tadzkirah al-Ghabiy” karya Syaikh Ulakan lanjut Ginanjar pernah dia kupas dalam bukunya berjudul “Mahakarya Islam Nusantara”.

“Ini (ulasan kitab Tadzkirah al-Ghabiy) terdapat juga dalam buku saya “Mahakarya Islam Nusantara” (2017). Saya pada mulanya mendapatkan informasi mengenai kitab tersebut dari Buya Apria Putra Abiya Hilwa, ulama muda dan filolog dari Sumatera Barat,” ungkapnya.

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *