Sunan Bonang: Dari Dakwah dengan Kekerasan Hingga Menjadi Moderat

 Sunan Bonang: Dari Dakwah dengan Kekerasan Hingga Menjadi Moderat

Ilustrasi/Hidayatuna

HIDAYATUNA.COM – Sunan Bonang, putra keempat Sunan Ampel sangat getol dalam mencari ilmu. Bahkan Sunan Bonang pernah belajar kepada Syekh Maulana Ishak, ulama Walisongo periode pertama yang dikirim Sultan Turki Ustmani ke Nusantara.

Saat itu Sunan Bonang belajar agama ketika berangkat haji bersama Sunan Giri. Dakwah Sunan Bonang waktu itu sempat menggunakan kekerasan.

Hal itu bisa disaksikan kembali dalam Babad Daha-Kediri. Dalam babad itu menceritakan Sunan Bonang saat menghancurkan arca-arca yang saat itu dipuja masyarakat Kediri.

Saking kerasnya dakwah Sunan Bonang, hingga beliau sempat menghendaki daerah yang tidak menerima dakwahnya untuk kekeringan. Sunan Bonang mengubah aliran Sungai Brantas yang mengaliri air ke daerah yang dimaksud saat itu.

Upaya Sunan Bonang mensyiarkan Islam itu justru membuat masyarakat tidak bisa menerima Islam. Belum lagi kekeringan yang juga harus dialami Sunan Bonang dan masyarakat sekitar.

Sunan Bonang akhirnya harus berkonflik dengan masyarakat Kediri yang mulanya ia sasar untuk dakwah Islam. Beliau juga sempat ditentang oleh dua tokoh saat itu, yakni Ki Buto Locaya dan Nyai Plencing, keduanya merupakan penganut Bhairawa-bhairawi.

Berdakwah dengan Kesenian dan Budaya

Raden Fatah lantas memanggil Sunan Bonang setelah gagalnya misi dakwah beliau saat itu di Kediri. Sunan Bonang diamanahi untuk membangun masjid Agung Demak.

Seusai menyelesaikan misi pembangunan masjid Agung Demak, Sunan Bonang mengunjungi kakak kandungnya di Lasem, Jawa Tengah. Di tempat Nyai Gede Maloka, kakak kandung Sunan Bonang, beliau diminta untuk menjaga dan merawat makam nenek mereka.

Di sanalah Sunan Bonang menyadari bahwa pemikirannya selama ini tidak tepat sehingga Islam gagal diterima masyarakat Kediri. Sunan Bonang mulai mengubah perspektifnya dari kekerasan menjadi moderat.

Sunan Bonang lantas menggunakan media kesenian dan kebudayaan untuk metode dakwahnya. Misalnya dengan mengubah tembang-tembang Jawa dengan lirik yang berisi ajaran Islam, dengan demikian Islam lebih diterima oleh masyarakat kala itu.

Sunan Bonang juga dikenal sebagai sosok yang menciptakan desain seperangkat gamelan Jawa yang kemudian disebut dengan Bonang. Alat musik ini mirip gong dan berasal dari logam.

Ukuran bonang lebih kecil daripada gong, nama Bonang sendiri pun diambil dari nama beliau dan merupakan nama desa kediamannya di Lasem.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *