Strategi Menangani Kelompok Militan-Fanatik Agama

 Strategi Menangani Kelompok Militan-Fanatik Agama

Strategi Menangani

HIDAYATUNA.COM – Setiap negara mempunyai strategi dalam mengelola dan menangani kelompok fanatik-militan agama. Kelompok fanatik-militan agama ini adalah kelompok agama yang suka berbuat kekerasan, baik fisik maupun non-fisik.

Kelompok fanatik-militan ini hobi memaksakan keyakinan dan pemikiran pada orang lain serta suka menebarkan kebencian, intoleransi dan permusuhan pada kelompok dan umat lain. Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk untuk menangani kelompok militan-fanatik agama, di antaranya:

Model Singapura

Negara mini tetangga Indonesia ini menggunakan cara preventif untuk menanggulangi dampak buruk virus intoleransi dan fanatisme yang ditebarkan oleh kelompok fanatik-militan agama. Satu sisi, keragaman dibiarkan tumbuh berkembang biak sehingga menjadikan Singapura sebagai salah satu negara plural atau majemuk yang menampung berbagai kelompok dan sekte agama, seperti laporan Pew Forum.

Tetapi di pihak lain, pemerintah tidak memberikan toleransi dan bersikap tegas-keras menindak kaum bigot agama yang suka menebar kebencian dan permusuhan pada umat lain melalui mimbar-mimbar agama. Jadi, toleransi negara hanya untuk kaum toleran bukan untuk kaum intoleran.

Model Amerika

Amerika beda dengan Singapura dalam menangani kelompok bigot agama yang juga berkembang-biak di negeri Paman Sam ini. Misalnya, tidak seperti Singapura, Amerika membiarkan ujaran kebencian dan makian yang dilakukan lewat berbagai media dan forum publik.

Pemerintah Amerika baru menindak kalau yang bersangkutan melakukan “tindakan fisik” yang dianggap melanggar hukum. Bagi pemerintah, perkataan tidak atau belum dianggap sebagai “tindakan” yang bisa dikenai sanksi hukum. Jadi, caci-maki agama dibiarkan tetapi kalau sudah sampai merusak properti tempat ibadah misalnya baru akan ditindak secara hukum.

Model Arab Saudi

Pemerintah Saudi sejak beberapa tahun terakhir tidak memberi toleransi sedikitpun pada kelompok bigot agama. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah dibersihkan dari para pengkhotbah provokatif dan guru-guru intoleran yang dulu gentayangan dimana-mana dan membuat citra Arab Saudi bopeng di mata dunia.

Sejak mendiang Raja Abdullah dan menguat sekarang, negara-kerajaan ini terus-menerus berbenah dan “bersih-bersih” dari dominasi kelompok fanatik-militan yang dulu menguasai panggung politik dan agama. Polisi Syariat dibubarkan, kurikulum sekolah yang bernuansa intoleran diganti, buku-buku ajar yang kurang ngajar terhadap umat lain, khususnya Syiah, non-Muslim, Sufi, dan lai-lain, ditarik dari peredaran.

Kaum bigot agama memang harus ditindak tegas dan keras diatas rata-rata. Jangan dibiarkan merajalela. Jika diberi kebebasan mereka sering “ngelunjak” dan suka berbuat seenak “dengkulnya” sendiri atas nama “kebebasan” itu. Fanatik boleh, tapi overdosis fanatisme bisa membahayakan kemanusiaan dan tatanan sosial dunia-akhirat.

 

Penulis : Sumanto Al Qurtuby

Direktur Nusantara Institute, dosen antropologi budaya King Fahd University (Arab Saudi), dan anggota komite akademik Scientific Studies Association (Turki).

Sumber: https://www.facebook.com/762670522/posts/10164516413300523/

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *