Soal Larangan Hijab, Universitas di Jerman Akhirnya Minta Maaf
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Universitas HM Hochschule Munchen di Kota Munich, Jerman Selatan meminta maaf kepada dua mahasiswinya, setelah melarang mereka mengikuti ujian lantaran mengenakan hijab.
Permohonan maaf tersebut, dipicu oleh kecaman dari berbagai muslim dunia di media sosial karena tindakan diskriminatif.
HM Hochschule Munchen mengatakan di Twitter mereka mengemukakan permintaan maaf kepada mahasiswi yang bersangkutan.
“Keduanya diminta oleh pengawas tes untuk melepas jilbab mereka selama ujian daring. Alasannya, untuk mengesampingkan kecurigaan penipuan,” ujar manajemen universitas seperti dikutip di Anadolu Agency, Senin (07/03).
Menurutnya, pakaian keagamaan tidak bisa dibandingkan dengan aksesori fashion biasa.
“Dan mereka harus ditangani secara berbeda,” sambungnya.
Kampus tersebut juga berjanji akan mengubah instruksi kepada pengawas ujian untuk memastikan penghormatan terhadap kebebasan beragama.
Salah satu mahasiswa yang menghadapi praktik diskriminatif ini mengucapkan terima kasih kepada para pengguna media sosial (medsos) atas dukungannya melalui akun Instagram @_kb.ra. Selain itu, ia mengkritisi manajemen kampus yang terlambat merespons kejadian tersebut.
Dia menggarisbawahi mahasiswa Muslim akan melanjutkan upaya mereka sampai manajemen universitas memastikan perlakuan yang sama dan mengakhiri praktik tindakan diskriminatif.
“Kami tidak akan berhenti sampai kami mendapatkan keadilan,” katanya di akun Instagram.
Meskipun konstitusi Jerman menjamin kebebasan beragama, umat Islam terutama perempuan berjilbab sering menghadapi praktik diskriminatif dalam pendidikan dan pasar tenaga kerja. Negara ini menjadi saksi meningkatnya rasialisme dan Islamofobia dalam beberapa tahun terakhir.
Peningkatan tersebut didorong oleh propaganda kelompok neo-Nazi dan partai sayap kanan alternatif untuk Jerman (AfD). Padahal, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Di antara hampir 5,3 juta Muslim di negara itu, tiga juta di antaranya berasal dari Turki.