“Smilling Islam”: Spirit dalam Menyuarakan Islam Ramah
![“Smilling Islam”: Spirit dalam Menyuarakan Islam Ramah](https://i0.wp.com/hidayatuna.com/wp-content/uploads/2021/01/Smilling-Islam.jpg?resize=850%2C560&ssl=1)
Smilling Islam (Ilust/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM – Dua organisasi besar Indonesia, yakni NU dan Muhammadiyah nampaknya sungguh-sungguh melihat tantangan kedaulatan beberapa tahun terakhir ini. Hal ini salah satunya bisa dilihat dari sebuah tulisan dari Buya Syafi’i Maarif beberapa harin lalu yang dimuat dalam Kompas.
Isinya demikian:
“Apabila benteng Muhammadiyah-NU jebol ditembus infiltrasi ideologi impor dan teologi kebenaran tunggalnya, integrasi nasional Indonesia akan goyah dan oleng. Kedua arus besar komunitas santri ini harus tetap awas”.
Sebuah pesan pembuka yang begitu apik, disampaikan oleh Buya Syafi’i Maarif dalam tulisannya.
Berangkat dari tulisan tersebut, turut andil tulisan yang ikut menyemarakkan spirit kebangsaan kepada pembaca. Islam adalah agama yang ramah terhadap seluruh alam, yakni oleh A Helmy Faishal Zaini dengan judul “Senyum NU dan Muhammadiyah”.
Dua organisasi besar dalam sejarah perjalanan Indonesia, kita yakini sebagai konsesus kebangsaan. Ini menjadi saksi perjalanan panjang Indonesia, sejak sebelum Indonesia merdeka.
Komitmen NU dan Muhammadiyah
Ditengah maraknya isu radikalisme, ekstremisme, bahkan berbagai faktor pemecah belah bangsa Indonesia. Selayaknya, sebagai umat Islam yang tinggal di Indonesia, NU dan Muhammadiyah terus bergandengan tangan.
Terutama dalam menyuarakan Islam ke-Indonesiaan yang tidak hanya sebagai sebuah agama mayoritas di Indonesia. Akan tetapi menjadi nilai yang terus menjadi dasar dari berbagai perjalanan bangsa Indonesia.
Meski demikian, tulisan yang Helmy, tidak lain sebagai sebuah bentuk kesadaran logis. Mengingat selama ini nyata diterima bahwa NU dan Muhammadiyah menjadi organisasi besar yang berkembang di Indonesia.
NU dan Muhammadiyah aktif menyemarakkan Islam yang moderat, tetap kokoh dalam menjaga persatuan dan kesatuan NKRI. Hal ini juga dibuktikan dengan pertemuan bersejarah di kantor PBNU yang menghasilkan sikap bersama tersebut. Kemudian ditindaklanjuti pada pada 31 Oktober 2018.
Pengurus PBNU membalas kunjungan ke kantor pusat Muhammadiyah. Beberapa sikap yang menjadi kesepakatan bersama, diantaranya:
- NU dan Muhammadiyah berkomitmen kuat menegakkan keutuhan dan kedaulatan NKRI. Berdasarkan atas Pancasila dan sebagai bentuk dan sistem kenegaraan yang Islami.
- NU dan Muhammadiyah mendukung sistem demokrasi dan proses demokratisasi. Hal tersebut sebagai mekanisme politik kenegaraan dan seleksi kepemimpinan nasional.
- NU dan Muhammadiyah berkomitmen meningkatkan kerjasama yang konstruktif untuk mencerdaskan bangsa. Selanjutnya kedua organisasi tersebut mengajak semua elemen untuk mengedepankan kearifan dalam bersikap.
Dalam pertemuan tersebut, kita pahami bahwa NU dan Muhammadiyah secara serius bergandengan tangan untuk memperkokoh kedaulatan NKRI. NU dan Muhammadiyah berkomitmen untuk bersama-sama dalam memerangi ideologi-ideologi yang merusakan kedaulatan bangsa.
Islam yang Tersenyum
Meski demikian, tulisan Helmi juga memuat tentang “Smilling Islam” (Islam yang tersenyum). Indonesia akan damai, sejuk dan sejahtera.
Hal tersebut harus disadari oleh anak-anak muda NU dan Muhammadiyah terus aktif. Dalam rangka menyemarakkan dan menampilkan Islam yang tersenyum terhadap seluruh kalangan.
Secara langsung, anak muda menjadi estafet penerus konsesus kebangsaan yang tidak akan pernah pudar.
Tanpa menegasikan anak muda dari organisasi lainnya, tulisan Helmy sebagai spirit kebangsaan. Sebagai bentuk dukungan kepada anak muda untuk semangat menampilkan Islam yang tersenyum dengan berbagai cara.
Antara lain seperti, mulai dari konten digital, sikap yang ditunjukkan, atau sebuah karya yang bisa dinikmati. Tentunya tak lepas dari cara-cara positif. Dengan demikian InsyaaAllah Indonesia akan damai, sejuk dan sejahtera. Aamiin.