Sisihkan Penghasilan Selama 22 tahun, Tukang Becak Naik Haji

 Sisihkan Penghasilan Selama 22 tahun, Tukang Becak Naik Haji

HIDAYATUNA.COM – Bagi seluruh umat muslim, naik haji merupakan mimpi indah yang selalu di cita-citakan dan terwujud, demikian juga buat Matnazu Mucari Bungkas, pria yang yang kesehariannya bekerja sebagai tukang becak.

Selama 22 tahun, Kakek ini yang sudah berumur 71 tahun tak pernah berhenti berupaya meraih mimpinya untuk bisa menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Selama 22 tahun itu pula, ia menyisihkan sebagian jerih payah dibawah terik matahari untuk mengayuh becak, demi menggapai citacitanya untuk berangkat ke Tanah Suci.

“Saya selama ini menabung untuk bisa berangkat haji. Saya sisihkan sebagian dari penghasilan mengayuh becak,” ujar warga Simo Hilir Sukomanunggal itu,

Matnazu mengaku, selama puluhan tahun bekerja, ia tidak tertarik untuk membeli perabotan mewah. Menurut kakek dari 20 cucu ini, yang sangat berharga ialah becak tua yang bersandar di depan rumahnya. “Ya cuma becak itu harta yang paling berharga di rumah,” ungkapnya tersenyum.

Dengan becak tua itulah, Matnazu menghabiskan waktu sehari-hari. Mengais rezeki untuk menafkahi keluarga dan menghidupi anak-anaknya yang sekarang tinggal sembilan orang setelah tiga di antaranya meninggal dunia.

Menarik becak ia jalani mulai tahun 1997, meski penghasilannya tidak seberapa, namun pada bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

Upayanya meraih mimpi bukannya tanpa halangan. Sebab, dalam kurun waktu tahun terakhir ini, penghasilannya dari mengayuh becak mengalami penurunan yang cukup drastis. Jika pada tahun-tahun sebelumnya ia dalam sehari bisa mengumpulkan uang Rp50.000 hingga Rp100.000, namun kini ia hanya mampu meraup rejeki antara Rp 30.000 hingga Rp 50.000 saja perhari.

“Peminat becak sudah mulai sepi. Apalagi di kota besar seperti Surabaya ini, sudah tidak seperti dulu lagi,” katanya.

Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk terus menabung agar dapat pergi haji. Namun, ditengah perjalanan ia kembali mendapatkan cobaan. Sanatun, sang istri meninggalkannya lebih dulu ke rahmatullah. Ia dipanggil sang Khalik sejak 15 tahun silam.

Tak ada kata pupus dalam kamus hidupnya. Perjuangan tukang becak ini untuk naik haji, atau menunaikan rukun islam ke-5 itu tetap diperjuangkannya. Sedikit demi sedikit uang yang dikumpulkannya kini sudah mencukupi untuk pergi ke Mekkah.

Tergabung dalam kloter 28 asal Kota Surabaya, ia pun dijadwalkan terbang menuju Arab Saudi, menggunakan pesawat Saudi Airlines melalui Bandara Internasional Juanda.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *