Sisi Islami dalam Kisah Punokawan dan Pesan yang Disampaikan

Sunan Kalijaga dan Kisah Punokawan (Ilust/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM – Beberapa kalangan menganggap jika wayang adalah budaya Jawa yang tidak Islami dan tidak pula mengajarkan agama Islam. Sebagian bahkan mengatakan jika wayang tidak pantas untuk dilihat oleh umat Islam.
Tetapi orang yang paham tentang budaya Jawa dan agama Islam akan mengatakan jika wayang sangat berperan dalam penyebaran agama Islam. Hal ini bermula ketika Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai media dakwah.
Hasilnya, seperti yang kita tahu, dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga mendapatkan simpati begitu besar dari masyarakat Jawa. Tidak hanya menjadi dalang, Sunan Kalijaga juga membuat beberapa cerita pewayangan, seperti Jamus Kalimosodo, Dewa Ruci, dan Petruk Dadi Ratu.
Selain sebagai dalang yang khas, dan memiliki kemampuan membuat cerita pewayangan, Sunan Kalijaga juga menciptakan karakter pewayangan. Uniknya adalah, karakter tersebut bisa menyatu dengan seluruh cerita pewayangan yang beredar sebelumnya.
Karakter tersebut adalah Punokawan, sebuah istilah untuk menyebut teman, pengasuh dari para Pandawa. Punakawan terdiri dari 4 karakter, pertama adalah semar, kemudian ada Gareng, lalu petruk dan terakhir adalah Bagong.
Punakawan dalam Ajaran Islam
Dalam pewayangan ada beberapa karakter yang kemudian disebut sebagai punakawan. Selain 4 karakter di atas, ada dua punokawan yakni Togog dan Bilung. Kedua punokawan tersebut adalah pendamping dari karakter wayang raksasa.
Punokawan sendiri memiliki arti Pana : Mengetahui sesuatu dengan jelas, kemudian Kawan : berarti teman. Punakawan adalah salah satu pendamping (teman) dari salah satu ksatria pandawa.
Tugasnya tidak hanya sebatas teman, tetapi sekaligus sebagai pengasuh. Ia memberi masukan dan bahkan kritikan jika sang kesatria berlaku salah.
Karakter pertama adalah Semar, dipercaya sebagai perwujudan manusia dari sang Hyang Ismaya. Merupakan sosok ayah dari ke 3 punokawan lainnya.
Sosok Semar digambarkan sebagai manusia yang gemuk, dengan tangan selalu mengacung ke bawah. Simbol tangan ini merupakan simbol kerendahan hati dari semar.
Semar juga digambarkan sebagai sosok manusia yang telah sempurna, memiliki hati yang rendah, pengetahuan yang luas, bijak, dan tentu dengan kesaktian luar biasa.
***
Dalam pewayangan, sosok semar sebagai pendamping dan penasihat dari pandawa didampingi oleh Krisna (titisan dari dewa Wisnu). Dua sosok ini selalu memberikan nasihat-nasihat pada para pandawa.
Karakter yang kedua adalah Gareng, anak tertua dari Semar. Gareng digambarkan sebagai sosok yang cerdas tetapi tidak terlalu bisa untuk berbicara. Sosok yang ketiga adalah Petruk digambarkan sebagai orang yang asal bicara, tidak sepintar dari Gareng.
Menurut beberapa kalangan, Gareng dan Petruk adalah anak angkat dari Semar. Sedangkan yang terakhri ialah Bagong yang merupakan perwujudan dari ayang-ayang (bayangan dari tubuh Semar).
Di dalam cerita pewayangan, ketika Semar turun ke dunia dia berdoa kepada sang Hyang Tunggal untuk memberinya seorang teman. Lalu muncullah Bagong yang berasal bayangan tubuh Semar tersebut.
Bagong berbeda dari Gareng dan Petruk, bagong memiliki sifat sederhana, lugu, tidak terlalu cerdas memiliki ketabahan yang luar biasa. Tetapi Bagong juga memiliki sikap suka bikin onar, dan ketika menjawab pertanyaan dari beberapa kalangan selalu membuat lawan bicaranya sering marah.
Hal tersebut terjadi karena Bagong selalu berbicara apa adanya. Lawan bicara yang berbuat salah tidak peduli itu, Pandawa atau Dewa sekalipun, ketika salah maka Bagong akan mengatakan itu salah.
Pesan dari tokoh punakawan
Punakawan adalah sebuah tokoh pewayangan yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai salah satu cara menyebarkan agama Islam. Maka dari itulah 4 tokoh punakawan di atas memiliki makna-makna tersirat di dalamnya.
Karakter Semar yang dibuat oleh sunan Kalijaga, memiliki nama dalam bahasa arab Ismar yang berarti Paku. Paku adalah sebuah alat untuk menancapkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, paku juga bersifat tidak pernah goyah, kokoh. Dengan begitu Semar memiliki sifat seperti paku.
Dia tidak pernah goyah pada pendiriannya, selain itu paku bisa dimaknai sebagai yang menyatukan satu hal dengan sesuatu lainnya. Paku juga bisa dimaknai sebagai titik pusat dari sesuatu.
Oleh karena itulah, Semar menjadi paku (titik pusat) dari seluruh kebenaran yang ada di dunia ini. Semar menjadi rujukan dari kebenaran, ketika Pandawa dan Kurawa mendapatkan satu permasalahan yang tidak bisa diselesaikan maka akan datang kepada semar.
Kemudian Nala Gareng (dikenal dengan sebutan Gareng), namanya berasal dari bahasa arab Naala Qariin. Artinya memiliki banyak teman, sosok gareng yang terkenal cerdas memang selalu menyenangkan teman-temannya untuk berkumpul bersamanya.
Kemudian Petruk, namanya diambil dari bahasa Arab juga yakni Fatruki, memiliki arti meninggalkan. Menurut beberapa kalangan istilah ini diambil dari kata-kata tokoh sufi yakni meninggalkan sesuatu yang bukan dari Allah.
Bagong, namanya diambil dari bahasa Arab, Baghaa berarti berontak. Nama ini kemudian menjadi sifat dari Bagong yang selalu memberontak ketika ada ketidakadilan dalam masyarakat.
***
Lalu pesan apa yang disampaikan Sunan Kalijaga pada tokoh punakawan? Jika dirangkai, maka tokoh-tokoh punakawan tersebut memang memiliki ketersambungan. Bahkan namanya jika disambung akan berbunyi Syimar Khairan, Fatruki Bagho yang artinya sebarkan kebaikan dan jauhi kebatilan (kejelekan).
Tetapi, kita tidak bisa langsung mengambil pesan tersebut. Sebarkan kebaikan memiliki dasar yang jelas dahulu. Jangan langsung menganggap satu hal baik untuk kita lalu memaksakan kebenaran tersebut.
Maka kita harus belajar pada sosok masing-masing punakawan tadi. Kita harus bisa menjadi sosok Semar yang berpengetahuan luas sehingga tidak mudah menjelek-jelekkan orang karena berbeda pendapat dengan kita.
Kemudian harus juga dilengkapi sosok dari Gareng disimbolkan sebagai orang cerdas namun tidak pandai berbicara. Artinya jangan suka memamerkan kecerdasan kita pada orang lain, walau cerdas kita harus selalu rendah hati, tidak boleh sombong. Sikap ini akan kita dapati dalam karakter Petruk yang selalu menjauhi apa yang tidak dibolehkan oleh Tuhan.
Namun ketika kita melihat ketidakadilan maka harus berbicara, seperti Bagong. Dia tidak peduli siapa yang berbuat salah, baik itu pandawa atau bahkan dewa ketika salah maka Bagong akan mengingatkannya, jika tidak bisa diingatkan Bagong akan berontak.
Sikap punakawan di atas perlu kita teladani agar menjadi muslim yang sejati, muslim yang benar sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Yakni berpengetahuan luas, tidak memaksakan kehendak, rendah hati, selalu ramah pada sesama dan tidak diam ketika ada ketidakadilan.