Sikap Berlebihan FPI, KH Ahmad Ishomuddin: Ceramah NU itu Berlandasan Ilmu dan Pengetahuan
HIDAYATUNA.COM, Jakarta — Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin mengatakan bahwa dakwah yang disampaikan oleh ulama NU, tak terkecuali Gus Muwafiq, itu dilandasi dengan ilmu, bukan hawa nafsu.
Menurut kiai kelahiran Lampung ini, menilai sikap Front Pembela Islam (FPI) yang melaporkan KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq ke Bareskrim Mabes Polri itu berlebihan.
“Sebaiknya FPI itu tidak reaksioner. FPI itu turunkanlah amarahnya. Untuk apa marah-marah atas nama bela Nabi, segala macem kalau bahkan marahnya itu menjadi tidak baik, melaporkan saudaranya sendiri ke Bareskrim itu berlebih-lebihan,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya, Jumat (06/12/2019).
Selain itu, ia menyarankan agar FPI lebih banyak membaca. Jika orang memiliki ilmu mendalam, lanjutnya, maka akan bersikap bijaksana dan tidak akan mudah menyalahkan orang lain.
Bahkan, ia menegaskan jika ceramah Gus Muwafiq tidak ada maksud untuk melecehkan apalagi bermaksud menghina Nabi Muhammad SAW, karena dai asal Yogyakarta itu sangat mencintai Nabinya. Maka dari itu, semua pihak diminta untuk tidak terus membuat suasana menjadi gaduh.
“Gus Muwafiq meminta maaf agar persoalan ini tidak berlarut-larut karena itu menguras energi umat Islam sendiri. Bagaimana bangsa kita itu akan maju kalau terus menerus berkutat pada persoalan saling menyalahkan,” tegasnya.
Di sisi lain, sebagaimana telah diketahui, Gus Muwafiq telah mengklarifikasi dan meminta maaf melalui video yang berdurasi 2,35 detik atas isi ceramahanya. Dalam klarifikasinya, Gus Muwafiq mengaku sangat senang karena telah diingatkan oleh umat Islam. Bahkan, beliau menyatakan sangat mencintai Rasulullah.
“Dengan senang hati saya banyak diingatkan oleh kaum Muslim dan warga bangsa Indonesia yang begitu cinta Rasulullah. Saya sangat mencintai Rasulullah. Siapa kaum Muslimin yang tidak ingin Rasulullah?” jelas Gus Muwafiq dalam video tersebut.
Isi ceramahnya yang disampaikan di Purwodadi, Jawa Tengah itu, menurut Gus Muwafiq, merespons tantangan-tantangan dari kaum milenial yang kerap menanyakan tentang nur Muhammad dan rembes. Rembes dimaknainya dengan ingus atau umbel.
“Saya yakin dengan seyakin-yakinnya nur Muhammad itu memancarkan sinar. Akan tetapi generasi sekarang banyak bertanya apakah sinarnya seperti sinar lampu, dan semakin dijawab semakin tidak ada juntrungnya,” tutur orator NU itu.
“Kemudian terkait kata rembes, dalam bahasa Jawa itu umbel. Bahasa saya rembes itu umbelen. Ini juga terkait dengan pertanyaan: apakah anak yang ikut kakeknya ini bersih, karena kakek saking cintanya sama cucu sampai cucunya apa-apa juga kadang boleh. Hal itu saja yang sebenarnya,” imbuhnya.
Selain itu, sang orator NU itu menyatakan bahwa pernyataannya itu tidak bermaksud menghina Nabi. Sejak kecil dididik untuk menghormatinya. Namun demikian, ia meminta maaf kepada umat Islam jika pernyataannya dianggap menyinggung.
“Untuk seluruh kaum Muslim seluruh Indonesia, apabila kalimat ini saya lancang, saya mohon maaf sebesar-besarnya. (Saya) Tidak ada maksud menghina, mungkin hanya inilah cara Allah menegur agar ada lebih adab terhadap Rasulullah dengan kalimat-kalimat yang sebenarnya sederhana, tapi beberapa orang menganggap ini kalimat cukup berat. Kepada seluruh kaum Muslimin, saya mohon maaf,” sang orator NU itu.