Sikap Berlebihan Akan Membuat Cara Pandang Jadi Meleset
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Saya beberapa kali mendengar orang yang diberi pantangan makanan tertentu oleh dokter lalu berkata:
“Kalau saya dilarang maka itu, terus saya makan apa?”
Dia mengeluh seolah-olah dokter sudah sudah melarang dia makan atau melarang semua jenis makanan.
Di FB ini, sayangnya banyak yang tipenya reaktif berlebihan seperi itu.
Misalnya di status kemarin saya menulis bahwa seyogyanya ulama tidak suka ceramah memerintahkan umat untuk mencintai ulama yang salah satunya adalah dirinya.
Konteksnya jelas pada yang “suka ceramah” tema itu terus di berbagai kesempatan sehingga qarinah ingin dihormati jelas terlihat.
Berbeda jauh antara mengajarkan adab dengan ingin dihormati. Yang menjadi fitnah adalah yang ingin dihormati.
Tapi beberapa komentator bersikap reaktif seolah saya melarang orang tua mengajari anaknya tentang adab pada orang tua, guru mengajari adab murid agar menghormati guru, atau ulama mengajari umat agar hormat pada ulama. Padahal konteksnya jauh berbeda.
Sebelumnya, saya juga menulis bahwa orang yang masih mampu berdiri tidak sah shalat duduk di kursi.
Tapi banyak komentator yang reaktif berlebihan seolah saya melarang mutlak shalat di kursi sehingga orang sakit yang tidak mampu berdiri dikira juga dilarang untuk shalat di kursi. Padahal beda jauh kasusnya.
Reaktif berlebihan dalam bahasa orang sekarang adalah lebay.
Sifat ini membuat pemiliknya sulit menerima nasehat apa pun sebab selalu akan ditanggapi berlebihan di luar dosis dalam nasehat tersebut.
Dan, memang tidak mudah menghilangkan sifat ini, bisa butuh bertahun-tahun untuk menyembuhkannya sebab akarnya adalah ego atau dalam bahasa tasawufnya adalah nafsu.
Tapi bukan tidak mungkin kalau status ini pun akan dimaknai berlebihan lagi. []