Siapapun yang Menyampaikannya Terima Kebenaran dengan Lapang Dada
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang, Kabupaten Rembang, KH. Muhammad Idror Maimoen Zubair (Gus Idror) mengatakan salah satu ciri orang yang tawadhu’ adalah ia bisa menerima kebenaran secara lapang dada.
Tak peduli siapun yang menyampaikannya, jika itu sebuah kebenaran, maka harus diterima dengan keluasan dan kerendahan hati.
Mengutip seorang ulama, imam, dan mujahid dari kalangan kaum muslimin yang hidup sejaman dengan Imam Ibnu Taimiyah, yakni Ibnu Qayyim, Gus Idror menjelaskankan tentang apa itu sikap tawadhu.
“Ibnu Qayyim memberi definisi bahwa tawadhu adalah tersobek-sobek, terpecahnya, merasa hancurnya hati terhadap Allah SWT,” ungkap Gus Idror dilansir dari video yang diunggah akun X @gayengco, Jumat (02/02/2023).
Apa dan bagaimana kaksud dari kata hancur hati itu? Menurut Gus Idror yang maksudkan Ibnu Qayyim adalah seseorang itu senantiasa merasa banyak salah, dosa dan Merasa kurang baik.
“Tawadhu itu adalah hatinya rendah diri. Dan menerima segala bentuk kebenaran,” kata putra kesepuluh dari almagfurlah Mbah Moen tersebut.
Dalam konteksi ini, ia menerima kebenaran tidak memandang siapapun yang menyampaikannya. Pada prinsipnya jika untuk kebenaran, maka wajib terima.
“Pokoknya ikut saja dengan kebenaran,” ujarnya.
Ia mencontohkan Abu Jahal disebut sombong, karena dia sejatinya tahu bahwa Nabi itu benar. Tetapi ia merasa gengsi untuk menjadi pengikut Nabi Muhammad.
“Masak aku (Abu Jahal) kalah dengan Muhammad. Nabi menyampaikan wahyu al-Qu’an ia tidak mau menerimanya,” jelasnya.
Dari cerita Abu Jahal ini dapat diambil kesimpulan bahwa sejatinya gengsi dan merasa benar sendiri itu memang tak kasat mata. Untuk itu berhati-hati. []