Shaban Abdul Aziz Sayyad, Sang Qari Mesir dengan Julukan Suara dari Surga
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Shaban Abdul Aziz Sayyad adalah salah satu qari Al-Qur’an asal Mesir paling terkenal yang menghabiskan hidupnya dalam menghayati dan mempopulerkan Al-Qur’an melalui lantunan-lantunan bacaannya yang merdu.
Ia bahkan memiliki julukan ‘Pemegang Suara Emas’, ‘Suara dari Surga’ dan lain-lain. Ia memiliki tempat tersendiri bagi mereka yang mencintai bacaan Quran.
Sayyad lahir pada tahun 1940 dalam keluarga Al-Qur’an di desa Sarawah di pusat Ashmoun di provinsi Menoufia, Mesir Utara.
Setiap tanggal 20 September menandai ulang tahun ke-82 kelahirannya. Ia tumbuh besar di lingkungan tempat ia dibesarkan memainkan peran utama dalam mempengaruhi karakternya, karena desanya dikenal dengan banyak buku, ulama dan sekolah Al-Qur’an.
Ayahnya merupakan seorang qari terkenal, yang membantu Sayyad mengabdikan hidupnya untuk mempelajari Quran.
Dari figur sang ayah pula, ia menjadi termotivasi untuk mempelajari seluk beluk Al-Qur’an dan menghafalnya dengan sepenuh hati.
Saat berusia empat tahun, Sayyad kehilangan ayahnya. Secara naluriah, ia mengikuti panggilan jiwanya untuk mengikuti jejak sang ayah sebagai seorang qari yang melantunkan bacaan Al-Qur’an sepenuh hati.
Jalan yang ia pilih juga selaras dengan kemampuannya yang sepenuhnya mampu menghafal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun.
Sayyad juga telah bergabung dengan institut Islam yang utama di negerinya. Setelah menyelesaikan studi dasar dan menengahnya, ia bergabung dengan fakultas Osoul El Dine, jurusan Akidah dan Filsafat di Universitas Al-Azhar dan ia memperoleh gelar lisensi dengan keunggulan pada tahun 1966.
Sayyad dapat memasuki dunia qari Al-Qur’an pada usia yang sangat muda. Karena bakatnya, kerja keras dan suaranya yang merdu, seperti yang biasa dia bacakan pada acara-acara umum pada usia 12 tahun.
Dia melanjutkan jalan ini bahkan setelah dia bergabung dengan Universitas Al-Azhar, saat dia menggabungkan studinya dengan pembacaan Al-Qur’an.
Sepanjang karirnya, Sayyad berganti-ganti antara ajarannya di lembaga keagamaan di Samannoud, dan di Institut Agama di Pagoor, kemudian Institut Menengah Menouf lalu Direktorat Wakaf.
Di mana ia mendaftar di beberapa posisi sebelum diangkat sebagai Wakil Menteri di Kementerian Wakaf. Ia juga bergabung dengan Radio Mesir pada tahun 1979.
Dia mampu menempatkan dirinya di antara qari terbesar berkat merdu suaranya serta keterampilannya dalam diversifikasi antara bacaan dan nada dan keakrabannya dengan posisi musik dan maqamat yang membuat beberapa orang menggambarkannya sebagai orang yang unik.
Ia yang bersekolah di bidang bacaan Al-Qur’an dan gaya membacanya mempengaruhi banyak pembaca termasuk Sheikh Muhammad Al Mehdi Sharaf Eddine dan Sheikh Hajaj Hindawi.
Sayyad mengabdikan seluruh hidupnya untuk pembacaan Al-Qur’an di berbagai negara, karena ia dianugerahi banyak hadiah, medali dan sertifikat penghargaan.
Pada tahun 1994, ia didiagnosis dan menderita penyakit gagal ginjal, yang membuatnya lumpuh hingga ia meninggal pada tahun 1998. []