Seseorang Mengaku Paham Agama? Perhatikan 3 Perkara Ini

 Seseorang Mengaku Paham Agama? Perhatikan 3 Perkara Ini

Perbedaan Dakwah Bertahap dan Dakwah Merusak (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Saat ini kita mudah sekali mendapati seseorang yang mengaku paham ajaran agama Islam dengan menyandang gelar ustaz atau ustazah dan julukan sejenisnya.

Demikian juga berbagai “fatwanya” yang terlalu mudah memvonis juga terlalu mudah mengkafirkan dan mensyirikkan sesuatu. Bahkan beberapa orang yang baru belajar agama sudah langsung berfatwa sana sini.

Hal ini sebenarnya sudah sejak lima belas abad lalu disampaikan Gusti Allah melalui Hadis Qudsi yang berbunyi:

“Sesungguhnya Gusti Allah tidak mencabut ilmu dengan cara langsung mencabut dari hambaNya, melainkan dengan cara mewafatkan para Ulama. Sehingga tatkala tidak tertinggal seorang alim-pun, maka mereka mengambil pemimpin yang sangat bodoh. Maka ketika dia ditanya akan berfatwa, lalu jadilah saling sesat menyesatkan.”

Fenomena ini rupanya sudah mulai kembali terjadi. Ketika orang-orang yang baru belajar agama bukannya mengikuti jejak Ulama Muktabar, melainkan malah menyempal dalam kelompok sendiri, memisahi Jamaah Kaum Muslimin sebagai kelompok Mayoritas atau as sawadul a’zhom.

Sehingga bagi yang paham agama, akan menjadi sangat keheranan: Apakah di kelompoknya tidak terdapat seorang alim-pun sehingga gemar berfatwa yang terkesan ngawur dan tidak nyambung?

Sesuatu yang tidak dia ketahui, dibilang tidak ada dalilnya, padahal ada dalilnya. Sesuatu yang menyudutkan mereka bukannya diakui tapi malah ditanyakan kesahihannya. Kalau ternyata sahih beneran malah kabur dan membelokkan pembicaraan.

3 Perkara untuk Melihat Kapasitas Ustaz/zah

Untuk membendung supaya kita tidak terjebak dalam arus menyempal dari Jamaah Mayoritas Kaum Muslimin, dan mudah mendeteksi kapasitas seorang ustaz atau ustazah, maka jalan termudah ialah dengan 3 hal berikut ini:

1. Alquran dan Hadis sebagai Pedoman Utama

Seluruh Kaum Muslimin sedunia pasti paham bahwa dasar utama Islam ialah Quran dan Hadis. Maka, sodori saja mereka dengan nash Quran dan Hadis lalu suruh mereka baca. Jika tidak bisa membaca apalagi menerjemahkan dan memaknainya, maka jangan percaya ketika mereka bicara agama.

2. Memiliki Akhlak yang Baik dan Tidak Menghujat Kelompok Lain

Kita sama-sama tahu bahwa Kanjeng Nabi sudah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia”. Maka mau sealim apa pun seseorang kalau akhlaknya tidak baik, tidak memiliki adab yang baik kepada sesama manusia, tidak memuliakan sesama manusia, mudah mengkafir musyrikkankan sesama ahli Syahadat, sering membid’ah sesasatkan sesama Muslim, apalagi gemar bicara “halal darah”, maka segera jauhi.

3. Tidak Menyampaikan Ceramah yang Memecah Belah

Jika kita percaya bahwa Islam mengajarkan cinta kasih dan kedamaian, mengajarkan kesejukan dan keharmonisan. Maka jika mendengar orang ceramah tetapi malah membuat kita menjadi membenci sesama manusia, membuat kita mencaci maki kelompok yang berbeda, maka segera jauhi.

Demikianlah uraian sederhana untuk menjadi pegangan kita bersama. Sesama Muslim ialah bersaudara dalam kepercayaan. Sesama orang Indonesia adalah saudara dalam satu kebangsaan.

Sesama insan tak peduli latar belakangnya ialah saudara dalam kemanusiaan. Jangan biarkan diri kita dikuasai kebencian oleh segelintir orang.

Shuniyya Ruhama

Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah Weleri-Kendal

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *