Sering Merasa Overthinking? Mari Selesai dengan Diri Sendiri Lewat Meditasi
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Hampir setiap malam saya menemukan sekitar 2-3 teman yang mengunggah kecemasannya lewat media sosial, entah itu mengkhawatirkan kehidupan masa depan, menyesali kesalahan-kesalahan masa lalu, menebak-nebak pikiran orang lain, terlalu banyak membaca situasi dan sebagainya.
Kadang mereka tidak ngeh bahwa ia sedang overthingking dan menganggap itu hal yang biasa saja.
Overthinking dan anak muda seperti Upin dan Ipin yang tidak terpisahkan! Salah satu faktornya adalah karakteristik yang khas yang dimiliki anak muda, yaitu idealis, kompetitif, aktualisasi diri yang tinggi, dan ambisius.
Tentu karakter khas ini bisa melahirkan kreatifitas dan ide-ide besar, namun di sisi lain rentan menimbulkan krisis diri, sehingga terjadi kecemasan.
Selain itu, situasi dunia yang memaksa kita harus serba lari, serba instan, dan serba cepat tidak secara langsung membentuk pola pikir anak muda untuk selalu ingin serba terburu-buru, tidak menghargai proses, membandingkan hidupnya dengan orang lain, selalu membenci kesalahan dan sebagainya.
Hasil laporan UNICEF The State of the World’s Children tahun 2021 juga berbicara demikian, sebanyak 1 dari 5 responden anak muda usia 15-24 tahun menyatakan sering merasa depresi yang berdampak pada rendahnya minat untuk berkegiatan.
Selain itu sebanyak 29% anak muda di Indonesia sering merasa tertekan dan memiliki sedikit minat untuk melakukan kegiatan.
Overthingking Dianggap Sebagai Angin Lalu, Bahayakah?
Beberapa orang menganggap Overthinking hal yang biasa, bahkan merasa sudah menjadi bagian dari rutinitas setiap harinya.
Padahal Overthinking bisa mengganggu aktivitas keseharian, kesulitan mengontrol emosi, bahkan bisa berujung penyakit fisik!
Selain itu, yang lebih berbahaya adalah menyebabkan kesehatan mental terganggu, Mengapa?
Berbeda dengan penyakit fisik yang bisa terlihat sehingga bisa segera ditangani. Tetapi kesehatan mental ini tidak kasat mata, sehingga kita tidak aware, eh tahu-tahu sudah panic attack dan bisa berujung pada tindakan bunuh diri.
Overthinking Sangat Manusiawi Kok, Lalu?
Perjalanan ke Dusun Krecek di Temanggung mempertemukan saya dengan Bu Shinta, ahli meditasi yang sekarang berdomisili di Yogyakarta.
Kebetulan meditasi menjadi salah satu bagian dari rangkaian acara Nyadran perdamaian, karena menarik saya memutuskan untuk berbincang khusus dengan bu Shinta.
“Sepanjang kita masih hidup, pasti akan selalu berpikir! Sedari kecil sudah dibiasakan mengandalkan pikiran, ditambah seiring bertambahnya usia situasi pun selalu mendorong kita untuk berpikir. Jadi Overthingking seperti sudah dikondisikan,” jelas Bu Shinta.
Menurutnya tingkat kecemasan yang rentan pada anak muda dipengaruhi oleh anak muda yang sangat akrab dengan media sosial dan media sosial menyuguhkan berbagai hal.
Sehingga menggiring anak muda ini untuk berpikir sampai penuh dan terkadang tidak menemukan saluran keluarnya, sehingga pikirannya menjadi liar.
Sebenarnya, Overthingking ini sangat manusiawi! Karena baik sistem pendidikan, dunia kerja bahkan lingkungan sekali pun selalu menuntut untuk berpikir.
Perubahan sosial tersebut di luar kendali kita, tapi kita bisa memilih bagaimana meresponnya.
Kita hanya perlu menyadarinya! Jika sudah menyadari, mau dilanjutkan atau berhenti berpikir? Tentuya dengan pertimbangan berbagai hal.
Selesai dengan Diri Sendiri adalah Kunci!
Selesai dengan diri sendiri artinya kita menerima diri kita secara utuh, baik kegagalan! Kekurangan! Kelemahan! Kit a terima itu sebagai bagian dari diri.
Artinya kita tidak menolak bagian negatif dari diri kita, tapi kita menyadarinya.
Misalnya “kita tidak bisa berbicara di depan banyak orang,” sadari itu!
Jika sudah menyadari maka pilihannyakan menjadi malu? menjadi mahir? atau setidaknya netral?
Maka pelan-pelan cara berpikir tersebut akan mengantarkan kita pada fase ‘selaesai dengan diri sendiri.’
Begitupun Overthinking hadir berangkat dari penolakan diri, sehingga penolakan tersebut membuat pikiran terus liar dan menjauhkan kita dari penerimaan diri yang sesungguhnya.
Apa sih yang membuatmu overthinking, masa lalu? Atau masa depan?
Padahal kesalahan masa lalu tidak akan tiba-tiba selesai hanya dengan dipikirkan, tapi kita selalu membawanya ke masa sekarang, harusnya dilepaskan agar tidak merasa berat.
Begitupun tidak ada satu orang pun yang tahu ‘bagaimana masa depan kita’, tapi kita tahu jika kita lakukan sesuatu di masa ini kita bisa mempersiapkan masa depan yang baik.
Selesai dengan Diri Sendiri Lewat Meditasi
Selesai dengan diri sendiri sangat berhubungan dengan berpikr jernih, karena dengan berpikir jernih setiap kepetusan akan dipertimbangkan dengan baik.
Lalu pada akhirnya kita menyadari bahwa dalam setiap kepetusan ada rentetan-rentetan konsekuensi yang akan diterima.
Nah salah satu alternatif untuk menjaga pikiran itu selalu jernih adalah dengan cara meditasi.
Bahasa sederhananya ‘berjeda’, ‘beristirahat’ atau ‘memberi ruang pada diri kita’ untuk betul-betul mengamati diri.
Jadi meditasi itu melatih untuk ‘sadar setiap saat’, bayangkan jika setiap manusia bisa sadar setiap saat kemungkina melakukan keputusan atau tindakan tidak tepat pasti berkurang, sehingga masalah pun akan berkurang, termasuk overthinking.
Sebelum dia menjadi penyakit fisik dan mental, kita sudah sadar bahwa sedang overthinking lalu kita bisa mengambil tindakan.
“Overthingking tidak ada hubungannya meditasi dengan agama apapun” jelas bu Shinta.
Bahkan sebetulnya semua agama mengajarkan semacam aktivitas ‘jeda’ ini, misal kalau dalam Islam itu dengan berdzikir, tafakur, itiqaf atau bahkan perjalanan naik haji.
Sekali lagi, jika Overthinking ini dibiarkan larut dan liar akan menjadi penyakit fisik dan mental, bahkan berujung padabunuh diri!
Karena akan banyak penolakan diri yang diterima. Kita tidak perlu mengusir pikiran-pikiran yang liar itu, tapi sadari itu!
Lalu kita selaraskan, terus saja begitu. Nah salah satu alternatif untuk melatihnya dengan cara meditasi. []