Sengketa Masjid-Kuil ‘Ayodhya’: Sejarah Situs Suci India yang Kompleks

 Sengketa Masjid-Kuil ‘Ayodhya’: Sejarah Situs Suci India yang Kompleks

HIDAYATUNA.COM – Sengketa Masjid-Kuil ‘Ayodhya’ yang telah berlangsung lebih dari satu abad, adalah salah satu kasus paling sulit yang ditangani oleh pengadilan di India dikarenakan politik identitasnya.

Warga Hindu percaya bahwa Ayodhya, sebuah kota kuno di India, di distrik Faizabad, Uttar Pradesh, adalah tempat kelahiran salah satu dewa yang paling mereka hormati, Lord Ram.

Tetapi warga Muslim juga mengatakan bahwa mereka telah beribadah disana selama beberapa generasi lamanya.

Kasus yang berkaitan dengan kepemilikan tanah ini telah tersendat di Mahkamah Agung selama bertahun-tahun, tetapi putusan diharapkan akan final pada bulan depan.

Pengadilan telah menutup persidangan terakhirnya dalam kasus tersebut pada hari Rabu kemarin.

Apa sebenarnya yang mendalangi percekcokan tersebut?

Di tengah-tengah percekcokan itu adalah sebuah masjid yang didirikan di Ayodhya pada abad ke-16, yang telah dihancurkan oleh segerombolan warga Hindu pada tahun 1992. Hal ini memicu kerusuhan yang akhirnya menewaskan hampir lebih dari 2.000 orang.

Banyak warga Hindu yang percaya bahwa Masjid Babri, sebenarnya telah dibangun di atas reruntuhan Kuil Hindu yang dulu dihancurkan oleh penjajah Muslim.

Sedangkan warga Muslim sendiri mengatakan bahwa mereka telah lama beribadah di masjid itu, sampai pada bulan Desember 1949, ketika beberapa warga Hindu meletakkan patung Ram di masjid itu dan mulai menyembahnya.

Sejak saat itu, selama beberapa dekade lamanya, kedua kelompok agama tersebut berkali-kali pergi ke pengadilan untuk menentukan siapa yang seharusnya mempunyai kontrol atas situs tersebut.

Sejak itu juga, ada beberapa seruan untuk membangun sebuah kuil di tempat di mana masjid Babri pernah berdiri.

Kasus yang saat ini sedang diadili oleh lima hakim di pengadilan tinggi inilah yang akan menentukan milik siapakah tanah tersebut. Keputusannya diperkirakan akan keluar antara tanggal 4 dan 15 November.

Agama Hindu adalah agama mayoritas di India, yang diperkirakan telah berumur lebih dari 4.000 tahun. Dinasti Islam pertama di India didirikan pada awal abad ke-13.

Siapa saja yang terlibat dalam kasus ini?

Sengketa properti yang panjang dan rumit ini telah tersendat di berbagai pengadilan selama lebih dari satu abad.

Kelompok-kelompok yang sedang memperjuangkan kasus ini sendiri terdiri dari tiga kelompok utama, yaitu dua kelompok Hindu dan Dewan Wakaf Muslim, kelompok yang bertanggung jawab atas pemeliharaan properti Islam di India.

Sedangkan dua kelompok Hindu itu adalah Hindu Mahasabha, sebuah partai politik sayap kanan, dan Nirmohi Akhara, yang merupakan sekte dari para biksu Hindu.

Mereka telah mengajukan sengketa kepemilikan di Pengadilan Tinggi Allahabad pada tahun 2002, satu dekade setelah masjid Babri dihancurkan.

Sebuah putusan yang telah ditetapkan pada bulan September 2010 mengatakan bahwa tanah sengketa seluas 2,77 hektar itu akan dibagi rata menjadi tiga bagian.

Pengadilan telah memutuskan bahwa situs tersebut harus dibagi, dengan masing-masing dari tiga kelompok yang bersengketa tersebut mendapatkan sepertiga dari luas tanah yang disengketakan. Dan untuk kontrol bagian utama yang disengketakan sendiri, tempat masjid Babri pernah berdiri, diberikan kepada warga Hindu.

Dari putusan itu juga melahirkan tiga hal kunci dijadikan pengamatan utama.

Yang pertama, menegaskan bahwa tempat yang disengketakan adalah tempat kelahiran dari Dewa Ram, yang kedua, bahwa Masjid Babri sendiri dibangun di Ayodhya setelah menghancurkan sebuah Kuil Hindu, dan yang ketiga, bahwa masjid itu tidak dibangun sesuai dengan ajaran Islam.

Mahkamah Agung telah menangguhkan putusan ini pada tahun 2011 setelah kedua kelompok Hindu dan Muslim mengajukan banding.

Apa perkembangan hukum penting lainnya?

Pada tahun 1994 Mahkamah Agung, yang menangani kasus tersebut, menyatakan bahwa konsep masjid Babri ‘tidak terintegrasi dengan Islam’. Pernyataan ini telah menguatkan klaim warga Hindu yang ingin menguasai seluruh situs tersebut.

Pada bulan April 2018, pengacara senior Rajeev Dhavan, mengajukan permohonan di hadapan pengadilan tinggi, meminta para hakim untuk mempertimbangkan kembali pengamatan ini.

Tetapi, beberapa bulan kemudian Mahkamah Agung menolak untuk melakukannya.

Apakah ketegangan agama di India telah mereda dalam beberapa tahun terakhir?

Sejak BJP nasionalis Hindu yang dipimpin oleh Narendra Modi berkuasa pertama kali pada tahun 2014, India telah mengalami perpecahan sosial dan agama yang mendalam.

Seruan-seruan untuk membangun sebuah kuil Hindu di Ayodhya telah berkembang sangat keras, dan sebagian besar seruan itu berasal dari anggota parlemen, menteri dan pemimpin dari BJP sejak mereka mulai menjabat.

Pembatasan pada pemotongan dan penjualan sapi, yang dianggap sebagai hewan suci oleh mayoritas warga Hindu, telah menyebabkan tewasnya sejumlah orang akibat main hakim sendiri, kebanyakan dari mereka yang tewas adalah warga Muslim yang sedang mengangkut ternak sapi.

Tampilan tanpa batas nasionalisme warga Hindu di daerah lain juga berkontribusi terhadap ketegangan agama itu.

Baru-baru ini, menteri dalam negeri Amit Shah mengatakan ia akan menyingkirkan ‘migran ilegal’, yang bisa dipahami sebagai warga Muslim, dari negara itu melalui skema pemerintah yang baru-baru ini telah digunakan di negara bagian Assam di timur laut dari India.

Sumber: BBC.com

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *