Selayang Pandang Imam Ashim Sang Ulama Qira’ah Sab’ah
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Imam Ashim bin Bahdalah Abi An-Najud Al-Kufi adalah salah satu ulama besar dalam bidang Qira’at Al-Qur’an yang telah memberikan kontribusi besar dalam pelestarian dan penyebaran ilmu bacaan Al-Qur’an.
Dilahirkan pada akhir abad pertama hijriah, Imam Ashim hidup pada masa-masa awal Islam di mana ilmu pengetahuan dan keilmuan sedang berkembang pesat.
Imam Ashim dilahirkan di Kufah, Irak, sebuah kota yang menjadi pusat keilmuan pada masa itu.
Sebagai seorang yang hidup dalam lingkungan yang kaya akan tradisi keilmuan, Ashim mendapatkan pendidikan dari sejumlah ulama terkemuka.
Beliau dikenal sebagai murid dari Abu Abdurrahman As-Sulami, yang merupakan salah satu tabi’in terkemuka dan murid langsung dari sahabat Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Mas’ud.
Melalui bimbingan as-Sulami, Ashim memperoleh pengetahuan mendalam tentang qira’at dan tafsir Al-Qur’an.
Imam Ashim bin Bahdalah dikenal sebagai salah satu dari Tujuh Qira’at (Qira’ah Sab’ah) yang diakui dalam tradisi Islam.
Qira’at Sab’ah adalah tujuh metode bacaan al-Qur’an yang otentik dan memiliki sanad yang mutawatir hingga Nabi Muhammad SAW.
Metode Qira’at Ashim ini kemudian diturunkan melalui dua muridnya yang terkenal, yaitu Hafs bin Sulaiman dan Shu’bah bin ‘Ayyash.
Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai metode Qira’at Imam Ashim:
- Hafs ‘an ‘Ashim: Metode bacaan ini merupakan yang paling populer di dunia Islam saat ini. Mayoritas umat Muslim di berbagai belahan dunia menggunakan riwayat Hafs ‘an ‘Ashim dalam membaca al-Qur’an. Hafs dikenal karena ketelitiannya dalam meriwayatkan bacaan Ashim dengan akurasi yang tinggi.
- Shu’bah ‘an ‘Ashim: Meskipun tidak sepopuler Hafs, riwayat Shu’bah ‘an ‘Ashim juga diakui dan dipelajari dalam berbagai lembaga pendidikan al-Qur’an. Shu’bah dikenal karena kefasihannya dan keilmuannya dalam mengajarkan bacaan al-Qur’an.
Metode Qira’at Ashim dikenal karena kejelasannya dan kefasihannya. Bacaan ini menekankan pada aspek tajwid, yaitu aturan-aturan dalam membaca al-Qur’an dengan benar sesuai dengan makhraj (tempat keluarnya huruf) dan sifat-sifat huruf.
Salah satu karakteristik utama dari bacaan Ashim adalah penggunaan mad (panjang pendeknya bacaan) yang konsisten dan sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid.
Keistimewaan lain dari bacaan Ashim adalah pemeliharaan terhadap tradisi lisan yang sangat kuat.
Imam Ashim memastikan bahwa bacaan Al-Qur’an yang dia ajarkan kepada murid-muridnya tetap setia pada apa yang dia pelajari dari gurunya, sehingga sanad bacaan ini memiliki kesinambungan yang jelas dan terpercaya.
Pengaruh Imam Ashim bin Bahdalah dalam dunia Islam sangat besar. Metode bacaan yang dia ajarkan tidak hanya menyebar di Kufah, tetapi juga meluas ke berbagai wilayah dunia Islam.
Riwayat Hafs ‘An ‘Ashim, khususnya, menjadi standar bacaan Al-Qur’an di banyak negara Muslim, termasuk di wilayah-wilayah yang jauh dari kawasan Timur Tengah seperti Indonesia, Malaysia, dan Afrika.
Warisan Imam Ashim juga terlihat dalam banyaknya manuskrip Al-Qur’an kuno yang menggunakan riwayatnya sebagai acuan.
Keberadaan manuskrip-manuskrip ini menjadi bukti nyata bahwa metode bacaan Ashim telah dijaga dan dilestarikan selama berabad-abad.
Imam Ashim memiliki hubungan yang erat dengan banyak ulama pada zamannya. Selain berguru kepada Abu Abdurrahman As-Sulami, Imam Ashim juga berinteraksi dengan ulama-ulama besar lainnya seperti Al-A’mash, Sufyan Ats-Tsauri, dan Zirr bin Hubaysh.
Interaksi ini tidak hanya memperkaya keilmuan Ashim, tetapi juga memperkuat jaringan keilmuan yang ada pada masa itu.
Melalui jaringan keilmuan ini, Ashim bin Bahdalah mampu menyebarkan ilmu qira’at dengan lebih luas.
Murid-muridnya, terutama Hafs dan Shu’bah, memainkan peran penting dalam melanjutkan dan menyebarkan metode bacaan Ashim ke generasi berikutnya.
Oleh sebab itu, Imam Ashim bin Bahdalah Abi An-Najud Al-Kufi telah diakui sebagai salah satu pilar utama dalam ilmu qira’at Al-Qur’an.
Kontribusinya dalam melestarikan dan menyebarkan metode bacaan yang otentik telah memberikan dampak yang sangat besar bagi dunia Islam.
Melalui murid-muridnya, terutama Hafs dan Shu’bah, metode bacaan Ashim terus hidup dan menjadi standar bagi jutaan Muslim di seluruh dunia.
Keistimewaan metode bacaan Ashim yang menekankan pada tajwid dan kefasihan menjadikannya sebagai salah satu pilihan utama dalam pembelajaran Al-Qur’an.
Warisan keilmuan Imam Ashim bin Bahdalah akan terus dikenang dan dijaga sebagai bagian integral dari tradisi Islam yang kaya dan beragam. []