Sekjen Rabithah Al-‘Alam Al-Islamy: Term Islam Rahmatan lil ‘Alamin Bahasa Pilihan Alquran
Menurut Sekjen Rabithah Al-‘Alam Al-Islamy Menjelaskan Bahwa Term Islam Rahmatan lil ‘Alamin Bahasa Pilihan Alquran
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Sekjen Rabithah Al-‘Alam Al-Islamy (RAI) Dr Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa menyampaikan, sebagaimana yang disaksikan, di beberapa belahan dunia saat ini telah terjadi konflik yang sudah pada taraf memprihatinkan, baik konflik antaragama, antaraliran, suku, ras dan sebagainya, terutama di negara-negara Islam Timur Tengah.
“Gerakan ekstremisme dan terorisme yang dikomando oleh Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sudah sedemikian masif dan membahayakan dunia, termasuk yang belum lama ini terjadi di beberapa wilayah Eropa dan juga di beberapa daerah di Indonesia,” kata Sekjen RAI Abdul Karim saat menyampaikan orasi dengan topik: Menebar Islam Moderat, Menangkal Ekstremisme dan Terorisme.
Orasi berbahasa Arab ini disampaikan saat menerima gelar doktor honoris causa (HC) dalam bidang sejarah peradaban Islam dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang melalui rapat terbuka senat universitas di lantai 5 Hall Rektorat Kampus I UIN Malang, Selasa (25/02/2020). Pemberian gelar dilakukan dalam rangka memberikan penghargaan akademik terhadap seseorang yang telah berjasa besar di bidang keilmuan dan kemasyarakatan.
Dalam orasinya, Abdul Karim juga menyampaikan, bahwa konflik antargolongan Islam, Sunni-Syi’ah, juga belum kunjung reda. Agama moderat yang menjadi rahmat untuk seluruh jagat raya ini, menurut Abdul Karim, tidak hanya untuk umat manusia yang berbeda agama, etnis, dan warna kulit, tetapi juga makhluk lain.
“Term Islam for all (rahmatan lil ‘alamin) adalah term atau bahasa pilihan Alquran yang sangat tepat untuk mengembangkan tata aturan main kehidupan berbangsa dan bernegara dalam dunia global saat ini,” tegasnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, umat Islam Indonesia, mulai dari para cendekiawan, ulama dan para tokoh lainnya, mesti tampil ke depan untuk membendung gerakan ekstremisme dan terorisme tersebut melalui gerakan desiminasi Islam moderat, Islam yang rahmatan lil alamin.
Menurut Abdul Karim, sebagai sebuah ajaran, Islam dikenal sebagai agama yang sangat humanis, bahkan konsep tauhid –sebagai dimensi ideal transendental dalam ajaran Islam– tidak boleh dipisahkan dari kehidupan sosialnya.
“Islam moderat adalah Islam humanis yang dapat mengayomi semua pihak, dari berbagai lapisan sosial baik etnis maupun agama,” tuturnya.
Tetapi sayangnya, secara empiris dalam masyarakat, ajaran yang humanis dan menekankan nilai-nilai sosial ini tidak tampak kental dalam masyarakat muslim. Justru yang terjadi sebaliknya. Ada kesenjangan antara nilai-nilai agama yang bersifat ideal tersebut dengan nilai-nilai sosialnya.
“Kebanyakan orang Islam tidak peduli dengan ketimpangan sosial yang terjadi di mana-mana. Bahkan Islam pun ditampilkan dengan keras dan garang,” ungkapnya.
Hadir dan menyertai sekjen RAI, yakni mantan Wapres Jusuf Kalla, dubes Arab untuk Indonesia, menteri agama RI, utusan khusus presiden untuk Timur Tengah, wamenlu, wantimpres, mantan Menlu Alwi Shihab, dan beberapa tokoh lainnya. (AS/Hidayatuna.com)