Sejarah Pondok Pesantren di Masa Penjajahan

 Sejarah Pondok Pesantren di Masa Penjajahan

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Pendiri Pesantren Property Indonesia Bambang Ifnurudin Hidayat mempunyai program beasiswa untuk para santri di pesantrennya. (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Sejarah mencatat, pondok pesantren di Indonesia telah berlangsung selama berabad-abad lamanya. Pondok pesantren, dalam sejarahnya mengalami pasang surut, khususnya pada masa penjajahan Belanda.

Lantas bagaimana sejarah pondok pesantren di masa penjajahan Belanda? Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Padangsidimpuan, Zulhimma dalam sebuah penilitianya berjudul Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia menjelaskan. Pada masa penjajahan Belanda, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang paling dekat dengan rakyat.

“Pada saat itu pesantren mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena pesantren merupakan alternatif lembaga pendidikan bagi masyarakat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Mereka takut perkembangan dan kedudukan pesantren akan menggoyahkan kekuasaan Belanda di Nusantara.” Demikian Zulhimma dikutip Hidayatuna, Jumat (27/11/2020).

Sejak saat itu, lanjut dia, Belanda mulai menghalangi dan menghambat pendidikan dan perkembangan pesantren. Selama penjajahan, pesantren senantiasa dianaktirikan dalam program perencanaan pendidikan pemerintah Belanda.

“Menurut mereka sistem pendidikan Islam sangat jelek baik dilihat dari segi tujuan, metode, maupun isi dari segi bahasa ( Arab) yang dipergunakan untuk mengajar. Hal ini menyebabkan kesulitan untuk dimasukkan dalam perencanaan pendidikan umum pemerintah kolonial,” jelasnya.

Tujuan pendidikan Islam menurut Belanda tidak menyentuh kehidupan dunia, metode yang dipakai tidak jelas dan juga kedudukan seorang guru tidak berbeda dengan pemimpin agama. Selain itu tulisan Arab tidak sesuai dengan tulisan bahasa latin sehingga sulit dimasukkan dalam perencanaan pendidikan mereka.

“Sebaliknya mereka menerima sekolah zending untuk dimasukkan ke dalam sistem pendidikannya kerena secara filosofis dan tehnik dianggap lebih mudah baik tujuan, metode maupun bahasa sesuai dengan nilai-nilai pemerintah Belanda,” sambungnya.

Untuk menyaingi keberadaan pesantren, Belanda kemudian mendirikan sekolah yang diperuntukkan bagi sebagian bangsa Indonesia terutama bagi golongan priyayi dan pejabat Kolonial. Maka sejak saat itu terjadi persaingan antara lembaga pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan Belanda.

“Akibat adanya larangan dan persaingan dan batasan-batasan yang dibuat Belanda, perkembangan Islam atau pesantren jadi terhambat. Pemahaman masyarakat pun tentang ajaran Islam sangat minim dan memprihatinkan,” tandasnya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *