Sejarah Pembentukan Peradaban Islam di Afrika

Sejarah Pembentukan Peradaban Islam di Afrika (Ilustrasi/Hidaytauna)
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Tulisan ini akan membincang mengenai sejarah pembentukan peradaban Islam di Afrika. Invasi ke wilayah Afrika terutama wilayah Afrika Utara sebenarnya telah dilakukan sejak pemerintahan Umar bin Khattab.
Namun wilayah tersebut baru benar-benar dapat ditaklukkan pada masa pemerintahan Muawiyah oleh salah satu panglima perangnya yaitu Uqbah.
Pada tahun 683 M terjadi pemberontakan kaum Berber yang kala itu menggulingkan kekuasaan Uqbah.
Para Khalifah pada masa Dinasti Umayyah kala itu tetap berusaha mengirimkan berbagai ekspedisi serta invasi-invasi untuk merebut Habsyah atau yang sekarang disebut Ethiopia kembali ke tangan Islam.
Sebelum masuknya Islam, kehidupan sosial masyarakat Afrika lebih mengutamakan kesukuan, nomad (berpindah-pindah) dan patriarki. Pada saat itu daerah ini berada di bawah kekuasaan Romawi, oleh karena itu pengaruhnya sangat besar bagi masyarakat Barbar.
Secara umum, penduduk Afrika sangat di pengaruhi oleh para elit-elit kota yang mengadopsi bahasa, gagasan, dan adat istiadat para penguasa Romawi.
Tetapi elit-elit ini tidak banyak jumlahnya, setelah mereka semua dikalahkan dan orang-orang Vandal (barbar) memperoleh kemenangan, Pengaruh Romawi di sebagian Afrika perlahan mulai terkikis, kecuali pengaruh ekonomi.
Saat itulah mulai peradaban kaum barbar mulai muncul kembali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada abad 7 M/1 H kehidupan sosial masyarakat Afrika merupakan kehidupan masyarakat barbar yang bersifat kesukuan, nomad dan patriarki.
Islam masuk ke wilayah Afrika pada saat daerah itu berada di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi, sebuah imperium yang sangat amat luas yang melingkupi beberapa negara dan berbagai jenis mansuia, Romawi merupakan sebuah kekaisaran yang super power selain kekaisaran Bizantium.
Penaklukan daerah Afrika pada dasarnya telah mulai dirintis pada masa kekhalifahan Sayyidinia Umar bin Khattab pada tahun 640 M. Amr bin Ash berhasil memasuki dan menaklukkan mesir setelah sebelumnya mendapat ijin bersyarat dari khalifah Umar untuk menaklukkan daerah itu, kemudian khalifah mengangkatnya menjadi Gubernur Mesir.
Jika dilihat lagi sejarahnya ke belakang, sebenarnya masyarakat dan dataran Afrika telah bersinggungan dengan Islam sejak masa Rasulullah, namun belum sampai pada tahap penaklukan yang nyata terhadap wilayah Afrika.
Penduduk yang utamanya berinteraksi langsung dengan Islam adalah penduduk Afrika Utara karena pada tahun ke-5 kenabian Rasulullah memerintahkan sejumlah sahabat melalukan hijrah ke Habsyah (Etiopia) untuk menghindari kedzaliman, kebrutalan dan kekejian penduduk mekkah yang menentang dan menyiksa kaum muslimin, terutama yang tidak memiliki keluaraga semisal budak dan juag mereka yang tidak memiliki pengaruh.
Di antara dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di tanah Afrika antara lain adalah Dinasti Fatimiyah (297-567 H/909-1171 M) di Afrika Utara tepatnya di Mesir dan Syria.
Dinasti Idrisiah (786 M), Idris bin Abdullah melakukan pemberontakan terhadap Abbasiyah pada 786 M, namun karena kalah, ia melarikan diri ke Maroko dan mendirikan Dinasti Indrisiah (788-974 H). Karena dinasti ini terletak di antara kekuasaan Islam besar yaitu Umayyah di Andalusia dan Fatimiyah di Afrika Utara, akhirnya panglima dari Hakam II di Andalusia, yaitu Ghalib Billah melakukan aneksasi wilayah Idrisiah.
Maka berakhirlah wilayah Dinasti Idrisiah. Dinasti yang selanjutnya berkuasa ialah Dinasti Aghlabiah (800-909 M), Dinasti ini berpusat di Saljiman, berdiri ketika Khalifah Harun al-Rasyid mengangkat Ibrahim bin al-Alghlab sebagai penguasa Ifriqiah (Tunisia) pada 800 M.
Untuk membendung kekuatan-kekuatan luar dengan Abbasiyah terutama membendung serangan dinasti Rustamiah (khawarij) dan Idrisiah. Periode ini membawa Afrika Utara dan kawasan pesisir Laut Tengah dalam banyak kemajuan.
Dinasti ini lenyap pada penguasa terakhir Ziadatullah al-Aghlabi III pada 909 M oleh Dinasti Fatimiyah. Dinasti Ibnu Toulun, didirikan oleh Ahmad bin Toulun yang semula ditugaskan oleh penguasa Abbasiyah sebagai penguasa Mesir.
Pada periode ini, kegiatan intelektual dan arsitektur berkembang dan sangat maju. Banyak rumah sakit, masjid, dan menara yang didirikan, antara lain yakni Masjid Ibnu Toulun di Mesir. Putera Ibnu Toulun, Syaibhan 904-905 M mengembalikan Mesir ke dalam kekuasaan Abbasiyah.
Dinasti selanjutnya yang berkuasa ialah Dinasti Ikhshid yang berkuasa mulai tahun 935 Masehi sampai dengan 969 Masehi, Muhammad bin Tughuz mendirikan dinasti Turki dan ia mendapatkan gelar nama Ikhshid dari Khalifah al-Razi.
Tidak lama kemudian ia menguasai Syam, Palestina, dan kedua kota suci Islam, Mekah dan Madinah serta masjidnya. Abdullah Misk Kapur berkuasa dengan sukses. Penguasa teakhir dari dinasti ini, Abul Fawaris Ahmad.
Ia dikalahkan oleh panglima perang dari Fatimiah. Dinasti Murabithun (479-540 H/1088-1145M) merupakan salah satu dinasti Islam yang berkuasa di Maghribi. Mereka menyebarkan agama Islam dengan mengajak suku-suku lain menganut agama Islam.
Wilayah mereka meliputi Afrika Barat Daya dan Andalus. Dinasti ini memegang kekuasaan selama kurang lebih 90 tahun dengan 6 penguasa, yaitu Abu bakar bin Umar, Yusuf bin Tasyfin, Ali bin Yusuf, Tasyfin bin Ali, Ibrahim bin Tasyfin, dan Ishak bin Ali.
Selanjutnya dinasti yang berkuasa adalah Dinasti Muwahhidun (524-667 H/1130-1269 M), pelopor dan pendiri dinasti ini adalah Muhammad ibn Tumart. Dinasti ini muncul sebagai reaksi dari al-Murabithun yang dianggap telah melakukan penyimpangan, dinasti ini berpusat di Marakesy dan sebagian wilayah Andalusia (Spanyol).
Dinasti selanjutnya yang berkuasa adalah Dinasti Ayyubiyah (1174-1250 M), pada abad ke-12 Zangid Mosul dan Damaskus ditunjuk sebagai Atabek dari Saljuk dan menjadi wilayah otonomi. Kejadian paling krusial dalam hubungan dengan sejarah Islam adalah berakhirnya sikap anti khilafah, Ismailliyah di Kairo (1171 M) di Baghdad.
Bentuk pemerintahan pada masa Fatimiyah merupakan suatu bentuk pemerintahan yang dianggap sebgai pola baru dalam sejarah Mesir. Dalam pelaksanaanya khalifah adalah kepala yang bersifat temporal dan spiritual.
Pengangkatan dan pemecatan pejabat tinggi berada di bawah kontrol kekuasaan khalifah. Kemajuan keilmuan yang paling fundamental pada masa Fatimiyah ini adalah keberhasilannya membangun sebuah lembaga keilmuan yang disebut daarul hikam atau daarul ilmi yang dibangun oleh al-Hakim pada 1005 M.
Bangunan ini dibangun khusus untuk propaganda doktrin ke-Syiahan. Pada masa ini ada al-Hakim mengeluarkan dana sebanyak 257 dinar untuk menggandakan manuskrip dan perbaikan buku-buku.
Kurikulum yang dikembangkan pada masa ini lebih banyak ke masalah keislaman, astronomi dan kedokteran. Ilmu astronomi banyak dikembangkan oleh seorang astronomis Ali bin Yunus, kemudian Ali al-Hasan dan Ibnu Haytam.
Dalam masa ini kurang lebih seratus karya tentang matematik, astronomi, filsafat, dan kedokteran telah dihasilkan. Pada masa kekhalifahan, afrika merupakan bagian dari pusat peradaban islam di dunia.
Di kawasan itu pernah tersimpan puluhan ribu naskah, tulisan, ataupun transkrip berbagai ilmu pengetahuan. Sayangnya, seiring dengan meredupnya pengaruh peradaban Islam, kawasan yang dahulunya merupakan pusat kemakmuran itu kini telah tenggelam dan hilang ditelan zaman.
Demikian ulasan mengenai sejarah peradaban Islam di Afrika. []