Sejarah Kesehatan Mental dalam Sains Islam
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Saat ini diskursusl mental health (kesehatan mental) telah menjadi banyak berpincangan di masyarakat luas. Bahkan di kalangan generazi Z, masalah mental mental health menjadi fokus perhatian mereka.
Namun tahukah bagaimana dalam sejarahnya sains Islam dan para dokter muslim dalam melihat masalah kesehatan mental ini?
Jauh sebelum era modern seperti sekarang ini, tepatnya sebelum abad ke-9 M, masyarakat Yahudi dan Kristen menganggap penyakit mental sebagai “hukuman dewa”.
Namun para dokter Muslim paling awal menjadikannya sebagai cabang pengobatan khusus yang menyebutnya sebagai “perawatan jiwa” atau “penyembuhan hati”.
Menurut laporan dari About Islam, dokter muslim abad pertengahan tertarik pada semua cabang kedokteran, termasuk psikologi.
“Pada tahap awal kedokteran Islam, psikologi termasuk dalam kedokteran umum,” tulis laporan tersebut dilansir Rabu (20/9/2023).
Lebih lanjut, setelah fase, para dokter muslim kemudian mengklasifikasikannya sebagai cabang ilmu kedokteran tersendiri.
Para dokter muslim menulis tentang banyak penyakit mental seperti kecemasan, depresi, melankolia, epilepsi, skizofrenia, paranoia, pelupa, gangguan seksual, delusi penganiayaan dan gangguan obsesif-kompulsif.
“Merekalah yang pertama kali menambahkan ‘gangguan psikosomatis’ ke dalam kosakata sejarah psikologi,” jelasnya.
Para ilmuan muslim paling awal percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh ketidakseimbangan kimiawi yang mempengaruhi otak manusia.
Banyak rumah sakit didirikan pada awal era Islam abad pertengahan. Ide ini bermula pada masa Nabi Muhammad SAW, di mana rumah sakit pertama didirikan di Masjid Nabawi di Madinah.
Rumah sakit Islam serba guna pertama dibangun pada abad ke-9, pada masa pemerintahan khalifah Abbasiyah Harun ar-Rashid di Bagdad, Irak.
Kaum Muslim menyebutnya “Bimaristan”, sebuah kata dalam bahasa Persia yang berarti “rumah di mana orang-orang sakit disambut dan dirawat oleh staf yang berkualifikasi”. []