Sejarah 14 Februari, Syaikh Hasyim Asy’arie Lahir

KH Hasyim Asy’arie & NU (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Tanggal 14 Februari merupakan hari yang penuh sejarah bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, pada tanggal tersebut tepatnya tahun 1871 telah lahir seorang pejuang dan juga ulama besar bernama Hadlrotusy Syaikh Hasyim Asy’arie.
Dilansir dari Twitter @sejarahulama, Selasa (15/02) Hasyim Asy’arie mendirikan organisasi bernafas Ahlussunnah Wal Jamaah bernama Nahdlatul Ulama (NU). Di mana pendirian NU selain untuk melakukan kiprah di dunia internasional, tetapi juga untuk menyambut kemerdekaan Indonesia.
“Para Kyai di zaman itu mendirikan NU untuk menyambut kemerdekaan RI. Di balik dukungan dan persetujuan terhadap konsep negara Republik Indonesia yang didirikan untuk semua warga di Indonesia. Tanpa pandang agama, suku dan keragaman lainnya,” tulis akun tersebut.
Dijelaskan pada saat itu, para ulama, khususnya KH. Hasyim Asy’ari sangat menolak kolonialisme dalam bentuk apa pun. Untuk membuktikannya, KH. Hasyim Asy’ari bersama ulama-ulama yang lain, menggagas fatwa yang fenomenal yaitu “Resolusi Jihad”.
“Para penjajah mulai meronrong kemerdekaan RI beliau pula yang mencetuskan Resolusi Jihad Oktober 1945. Untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan yang berjuang dalam konteks itu disebut mati syahid,” tulisnya.
“Mari kita kenang jasa beliau bersama para pendiri bangsa Indonesia. Ila ruhi Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari wa jamiin muassisi jam’iyyah Nadlatil Ulama wa jami’i muassi hadzihi jumhruriyyah indunisiah wa bi syafaati Rasulillah Saw Al-Fatihah,” imbuhnya.
Sebagai informasi, dilansir dari Kompas, KH Hasyim Asy’ari lahir pada Selasa Kliwon, 24 Zulkaidah 1287 Hijriah. Bertepatan dengaan tanggal 14 Februari 1871 Masehi, di pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang.
Dia merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara, putra dari pasangan Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah. Dari jalur ayah, nasab Kiai Hasyim bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja’tar Shadiq bin Muhammad Al-Bagir.
Sedangkan dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada pemimpin Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng), yang berputra Karebet atau Jaka Tingkir.