Sederhana dalam Beribadah
HIDAYATUNA.COM – Ibadah merupakan suatu perbuatan untuk menyatakan bakti manusia kepada sang pencipta. Hal ini didasari untuk mengerjakan semua perintah-perintah-Nya dan menjahit semua larangan-larannya-Nya.
Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah Swt supaya beribadah kepada-Nya, seperti firman Allah yang berbunyi:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Akan tetapi sering sekali manusia lupa akan tujuan utama diciptakannya. Bahkan sering sekali meninggalkan perintah-perintah-Nya dan sering melakukan larangan-larangan-Nya.
Padahal kita sendiri tahu bahwa sahnya hal itu sudah dilarang akan tetapi masih tetap saja dilakukan.
Beribadah Sesuai Kemampuan
Ibadah sendiri mencakup banyak hal, bukan hanya salat, puasa dan haji saja. Bahkan hal yang sering kita lakukan apabila ada niatnya menjadi ibadah, contohnya ialah makan.
Terdengar sepel akan tetapi apabila kita niatkan makan supaya bisa melaksankan perbuatan-perbuatan baik. Seperti niat makan agar kuat untuk salat, sekolah dan kerja, maka hal itu menjadi ibadah.
Islam pun tidak menuntut pemeluknya supaya beribadah terus menerus sampai lupa waktu akan hal yang lain.
Allah SWT. sudah menjelasakannya dalam firmannya, yang berbunyi:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
Artinya, “Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira! Minta tolonglah kalian di waktu pagi-pagi sekali, siang hari di kala waktu istirahat dan di awal malam,” (HR. al-Bukhari [39] dan Muslim [2816]).
Pada dasarnya Allah mengingatkan kepada hamba-hambanya supaya beribadah sesuai kadar kesanggupannya saja. Tolok ukurnya sekarang ialah semakin banyak ilmu yang kita ketahui akan tetapi tidak mengamalkannya, maka hal itu akan sia-sia.
Kita semua tahu seperti salat tahajud atupun salat dhuha merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh Rasululah SWT. akan tetapi apakah kita sudah melakukannya?
Apabila masih belum malaksanaknnya hal ini menandakan ilmu yang kita dapat selama ini masihlah sekedar teori semata. Akan tetapi tidak benar-benar kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana Rasulullah dalam Beribadah?
Diceritakan didalam kitab Riyadhus Shalihin karangan dari Imam Nawawi: Dari Anas r.a, katanya: Ada tiga macam orang datang ke rumah isteri-isteri Nabi Saw. menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya Nabi Saw.
Kemudian setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka menganggap amat sedikit saja ibadah beliau Saw itu. Mereka lalu berkata: “Ah, di manakah kita ini – maksudnya: Kita ini jauh perbedaannya kalau dibandingkan – dari Nabi Saw. Sedangkan beliau itu telah diampuni segala dosanya yang lampau dan yang kemudian.”
Seorang dari mereka itu berkata: “Adapun saya ini, maka saya bersembahyang semalam suntuk selama-lamanya.” Yang lainnya berkata: “Adapun saya, maka saya berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah saya berbuka.” Yang seorang lagi berkata: “Adapun saya, maka saya menjauhi para wanita, maka sayapun tidak akan kawin selama-lamanya.”
Rasulullah Saw kemudian mendatangi mereka lalu bersabda: “Engkau semuakah yang mengatakan demikian, demikian? Wahai, demi Allah, sesungguhnya saya ini adalah orang yang tertaqwa di antara engkau semua kepada Allah dan tertakut kepadaNya. Tetapi saya juga berpuasa dan juga berbuka, sayapun bersembahyang tetapi juga tidur, juga saya suka kawin dengan para wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalananku, maka ia bukanlah termasuk dalam golonganku.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari hadis tersebut kita dapat mengetahui bahwasahnya Rasululullah sendiri dalam beribadah tidaklah memaksakan diri. Hal itu juga menunjukkan kepada umat-umat beliau, agama Islam itu bukan agama yang menekan untuk selalu beribadah terus-menerus.
Hendaknya sesorang dalam melaksakan ibadah apapun dalam keadaan ikhlas, supaya ibadah tersebut benar-benar ditunjukkan untuk Allah semata, bukan karena lainnya.