Sebuah Penantian yang Tak Berujung

 Sebuah Penantian yang Tak Berujung

Sebuah Penantian yang Tak Berujung (pixabay.com)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Setiap manusia yang menjalani kehidupan pasti memiliki tujuan hidupnya masing-masing.

Ada yang ingin menjadi sukses, ada yang ingin menjadi kaya, ada yang ingin segera mendapatkan jodoh, dan masih banyak lagi Impian-impian lainnya.

Pemahaman diri tentang impian dan cita-cita telah ditanamkan bahkan sejak bangku sekolah dasar.

Dalam sudut pandang teologis, hakikat seorang manusia adalah sebagai hamba yang senantiasa memohon dan berharap kepada sang pencipta.

Secara psikologis, harapan (hope) adalah sekumpulan kognitif yang didasarkan pada hubungan timbal balik antara agency dan pathway. Begitulah jika ditinjau dalam segi teoretis.

Tetapi akan sangat berbeda ketika realita ikut terlibat didalamnya. Seorang manusia ketika impian dan harapannya terwujud memiliki kecenderungan tidak pernah puas.

Berbeda dengan yang belum mendapatkan, seketika gundah, galau, was-was hingga pesimis apakah penantian akan harapan tersebut dapat diwujudkan.

Misalnya, ada seseorang yang terus berusaha mencari jodoh yang ingin ia dapatkan, namun tidak pernah bertemu dengan impiannya tersebut.

Ia akan semakin berusaha dan berusaha sampai batas frustasi dan ketidakpastian menghampirinya. Rasanya dengan yang ini cocok, tapi terus menerus mendapati kegagalan.

Kegagalan menghasilkan bahan evaluasi agar strategi dan taktik pergerakan semakin terarah.

Seperti itu terus-menerus diupayakan hingga jalan yang dituju kembali kepada kegagalan, berulang kali segala upaya dilakukan  secara maksimal hingga suatu ketika secercah cahaya optimism tampak jelas di depan.

Ketika diselidiki baru menyadari, itu hanyalah ilusi. Pada akhirnya jalan yang ditemui hanyalah kebuntuan, kebingungan dan kehampaan.

Begitulah realita, terkadang tidak sesuai dengan harapan yang kita inginkan. Tapi tentu saja setiap orang harus percaya pada faktor keberuntungan serta pertolongan dari Tuhan sang pencipta.

Kita tidak akan pernah tau apa yang terjadi esok hari, lusa dan bahkan sepuluh tahun kedepan.

Yang pasti, dibalik penantian panjang yang tak berujung harus ada setiap usaha dan do’a yang tak terbendung.

Sesekali beristirahat, kemudian bangkit dan kembali berjuang. Menggapai mimpi, harapan dan impian yang hasilnya masih misteri di masa depan. []

 

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *