“Sayyidina” dalam Salawat di Depan Nama Rasulullah Tidak Boleh?
HIDAYATUNA.COM – Soal bacaan Sayyidina sebelum nama Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam ada yang membolehkan dan ada yang tidak berkenan. Kalau memang tidak mau menambah kata tersebut, alangkah baiknya jika disebut bahwa ada ulama yang tidak mempermasalahkan.
Tidak semestinya melarang secara mutlak terlebih jika ada tambahan perihal menambah kata Sayyidina. Menurut sebuah poster yang saya temukan di media sosial, kata tersebut sebagai bentuk perubahan agama yang kelak tidak boleh berkumpul di telaga Nabi.
Mereka biasanya mengaku pengikut Salaf, ulama representasi mereka adalah Syekh Utsaimin dan Syekh Bin Baz. Ternyata kedua ulama ini membolehkan tambahan Sayyidina, berikut kutipan fatwa-fatwa mereka.
Syekh Utsaimin:
ﻓﺈﻥ اﻷﻓﻀﻞ ﺃﻻ ﻧﺼﻠﻲ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺒﻲ، ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﺑﻬﺎ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻧﺼﻠﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﺼﻴﻐﺔ اﻟﺘﻲ ﻋﻠﻤﻨﺎ ﺇﻳﺎﻫﺎ.
“Paling utama kita tidak membaca salawat untuk Nabi shalallahu alaihi wa sallam dengan Sayyidina. Kita membacanya dengan redaksi yang diajarkan oleh Nabi” (Majmu’ Fatawa wa Rasail, 3/111)
Beliau tidak melarang mengucapkan Sayyidina, hanya bersifat sebaiknya tidak memakai kata tersebut.
Syekh Bin Baz:
ﺳ: ﺃﻳﻬﻤﺎ ﺃﺻﻮﺏ: ﺃﻥ ﻧﻘﻮﻝ ﻋﻨﺪ ﺫﻛﺮ اﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: (ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ) ﺃﻭ ﻧﻘﻮﻝ: (ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ) ؟
Soal: “Manakah yang lebih tepat dalam bacaan Salawat, memakai atau tidak?”
ﺟ: اﻷﻣﺮ ﻓﻴﻪ ﺳﻌﺔ، ﻓﻴﺠﻮﺯ ﺫﻛﺮ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﺃﻭ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ؛ ﻷﻧﻪ ﺳﻴﺪ اﻷﻭﻟﻴﻦ ﻭاﻵﺧﺮﻳﻦ، ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﻭاﻟﺴﻼﻡ، ﻭﻟﻜﻦ ﻓﻲ اﻷﺫاﻥ ﻭاﻹﻗﺎﻣﺔ ﻻ ﻳﻘﺎﻝ ﺳﻴﺪﻧﺎ
Jawab: “Dalam hal ini terdapat keluasan. Boleh menyebut nama Muhammad shalallahu alaihi wa sallam atau Sayyidina Muhammad shalallahu alaihi wa sallam. Sebab beliau adalah Sayid orang terdahulu dan orang belakangan, alaihis salam. Tetapi dalam azan tidak memakai Sayyidina.” (Fatawa Lajnah Daimah, 24/129)
Anggap saja kami yang menambah kata Sayyidina mendapat dukungan fatwa dari Syekh Salaf, atau memang syekh-syekh ini juga yang salah? Waalahu’alam.