Sayyidah Saudah Wanita Mulia yang Tak Mengandalkan Fisik

 Sayyidah Saudah Wanita Mulia yang Tak Mengandalkan Fisik

Pilar Penanda Agama Islam Sebagai Agama Ilmu Pengetahuan (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Salah seorang sahabat Sayyidah Khadijah, Khaulah binti Hakim merasa kasihan melihat Nabi yang menyiapkan kebutuhan hidup sendirian sepeninggal Khadijah. Mulai dari menyiapkan makanan hingga menjahit pakaian Nabi persiapkan sendiri.

Khaulah pun memberikan dua nama wanita untuk dinikahi Nabi, yakni Sayyidah Aisyah dan Sayyidah Saudah binti Zam’ah. Sayyidah Aisyah masih terlalu kecil dan belum cukup usia untuk menjadi seorang istri.

Sedang Sayyidah Saudah merupakan perempuan yang berpengalaman dalam mengurus rumah tangga. Dilansir dari Republika.co.id, Sayyidah Saudah adalah seorang wanita tua yang suaminya meninggal di perantauan, Etiopia.

Nabi pun menerima usulan nama dari Khaulah tersebut, beliau berniat menikahi Sayyidah Saudah. Namun Nabi juga menerima usul untuk menikahi Sayyidah Aisyah untuk satu tugas yang tidak ringan, sebagaimana Sayyidah Aisyah dikenal sebagai sosok yang cerdas dan cantik.

Meski begitu, Nabi menangguhkan hidup berumah tangga dengan Sayyidah Aisyah karena memang saat itu secara usia Sayyidah Aisyah belum cukup usia. Beliau harus menunggu hingga usia matang agar bisa hidup berdampingan sebagai suami istri dengan Sayyidah Aisyah.

Sisi Humoris Sayyidah Saudah Mewarnai Rumah Tangga Nabi

Sayyidah Saudah adalah putri dari Zam’ah bin Qais. Sebelum dinikahi Nabi, beliau adalah janda As-Sakran bin Amr yang merupakan putera pamannya. Zam’ah dan suaminya termasuk orang-orang yang berhijrah ke Habasyah, tetapi suaminya wafat di perantauan.

Sepeninggal sang suami, Sayyidah Saudah terpaksa kembali ke Makkah dan menanggung beban kehidupan bersama anak-anaknya.

Sayyidah Saudah meski memiliki fisik yang sudah tak begitu menarik dan beliau menyadari bahwa daya tariknya telah pudar. Badannya secara fisik sudah tak langsing, namun beliau mempunyai keistimewaan yang mulia.

Sayyidah Saudah seorang yang dermawan, beliau juga tekun beribadah, memiliki rasa humor yang seringkali menjadikan Nabi terhibur dan tersenyum.

Suatu ketika ia pernah berkata kepada Nabi: “Semalam ketika aku salat mengikutimu saat rukuk, engkau begitu lama sehingga aku memegang hidungku takut jangan sampai bercucuran darah.”

Nabi pun tertawa mendengarnya, sisi humoris dari Sayyidah Saudah itulah yang cukup mewarnai rumah tangga Nabi Muhammad Saw. Bukan dari daya tarik kecantikan, dan memang begitulah hidup berumah tangga, tidak selamanya mengandalkan kecantikan fisik.

Kemuliaan Sayyidah Saudah sebagai Istri Nabi

Sayyidah Saudah juga menunjukkan kemuliaannya ketika Nabi Muhammad menikahi Sayyidah Hafshah, ia menghadapi dua madu yang cantik. Beliau menyadari benar kedukaannya.

Saat itulah beliau menyampaikan secara tegas bahwa Sayyidah Saudah tak butuh, bahkan tak berkeinginan lagi apa yang diinginkan oleh banyak wanita muda. Beliau pun menyerahkan ‘malam’ gilirannya kepada Sayyidah Aisyah, asal dia dapat hidup sebagai istri Nabi.

Sayyidah Saudah berkata: “Demi Allah yang aku inginkan tidak lain kecuali kiranya Allah membangkitkan aku di Hari Kemudian sebagai istrimu.”

Sayyidah Saudah selama hidupnya sebagai istri Muhammad Saw diketahui telah meriwayatkan beberapa hadis Nabi. Beberapa ahli tafsir seperti Prof Quraish bahkan menyatakan bahwa beberapa ayat Alquran turun berkaitan dengan sosok beliau.

Salah satunya sebagaimana terangkum dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 128, Allah SWT. berfirman:

Wainimra-atun khaafat min ba’liha nusyuzan aw I’radhan falaa junaaha alaihima an yushliha bainahuma shulhan, wasshulhu khairun, wa uhdhiratil-anfusu as-syuhu, wa in tuhsinuu wa tattaquu fa-innallaha kaana bimaa ta’maluna khabiran.”

Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya. Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *