Sayyidah Aisyah RA, Satu-Satunya Perempuan Periwayat Hadis Terbanyak
HIDAYATUNA.COM – Sosok Sayyidah Aisyah radhiyallahu‘anha tidak sebatas apa yang digambarkan dalam lirik lagu ‘Aisyah Istri Rasulullah’. Sebab, Aisyah merupakan salah satu istri Nabi Muhammad Saw yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan istri-istri lainnya.
Pasalnya, Aisyah memiliki hafalan yang kuat dan kecerdasan tinggi sehingga kerap dijadikan tempat bertanya para ulama besar dari kalangan sahabat nabi. Bahkan Aisyah disebut sebagai sang lentera yang memberikan cahaya bagi para penuntut ilmu selepas wafatnya Rasulullah Saw.
Istri Nabi yang dijuluki Humaira itu terhitung sebagai perempuan dengan kecerdasan melampaui orang-orang pada masanya. Ilmu hadis yang kita kenal sekarang juga berhutang banyak kepada Aisyah RA. Bagaimana tidak, bahwa beliau radhiyallahu’anha merupakan salah satu dari periwayat hadis terbanyak sekaligus satu-satunya perempuan yang diperhitungkan pada zaman sahabat nabi.
Perempuan Periwayat Hadis Terbanyak
Kelebihannya dalam mengingat membuat Aisyah Binti Abu Bakar mampu menghafal banyak hal termasuk sabda Nabi Saw. Oleh karena itulah beliau tercatat menduduki posisi keempat sebagai periwayat hadis terbanyak dan termasuk satu-satunya perempuan yang berhasil meriwayatkan hadis paling banyak.
Dari ratusan orang yang menghafalkan hadis dari para sahabat baik laki-laki maupun perempuan, hanya ada tujuh orang yang terhitung paling banyak hafalannya. Di antaranya yaitu Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Aisyah Ummul Mukminin, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, dan Abu Said Al Khudri.
Diketahui, Aisyah mampu meriwayatkan sebanyak 2.210 hadis dan 174 di antaranya berderajat mutafaqun ‘alaihi. Mayoritas hadis yang ia riwayatkan tentang kehidupan Nabi, rumah tangga, dan peran Nabi sebagai suami.
Menikah dengan Rasulullah atas Wahyu Allah
Rasulullah Saw menikahi Aisyah RA bukan tanpa alasan. Rupanya beliau menikahi Aisyah berdasarkan perintah Allah Swt. Perintah ini pun diceritakannya kepada Aisyah yang tertuang dalam sabda Nabi.
“Aku melihatmu dalam mimpiku selama tiga malam. Ketika itu datang bersamamu malaikat yang berkata, ‘ini adalah istrimu’.
Kemudian aku singkap tirai yang menyembunyikan wajahmu, lantas aku berkata sesungguhnya hal itu telah ditetapkan di sisi Allah,” bunyi sabda Rasulullah Saw.
Setelah menikahi dengan Rasulullah, Aisyah mendapat siraman ilmu yang banyak dari beliau. Saat menemui permasalahan dalam kehidupan sehari-hari baik menyangkut agama dan yang lainnya, Aisyah langsung menanyakannya kepada Rasulullah Saw.
Karena hal itulah Aisyah semakin banyak mendapat ilmu pengetahuan untuk mengatasi masalah-masalah umat. Kehebatannya dalam memahami sabda Nabi juga menjadikannya sosok perempuan yang diperhitungkan pada masanya.
Kebersamaan Lama dengan Nabi
Dikenal sebagai periwayat hadis terbanyak ditunjang dengan kebersamaannya dengan Nabi yang cukup lama. Meskipun bukan faktor utama, namun dengan siraman ilmu yang banyak dari Rasulullah bisa membuat Aisyah semakin cerdas dan kritis terhadap peristiwa yang terjadi di masyarakat.
Sehingga Aisyah dikenal memiliki wawasan ilmu terutama dalam masalah keagamaan, baik yang dikaji dari Alquran, hadis maupun fikih.
Akan tetapi kebersamaan Aisyah dan Rasulullah tidak berarti apapun jika tidak didukung dengan kecerdasannya. Majelis ilmu bermunculan pasca wafatnya Rasulullah, dan Aisyah pun menjadi poros utama dalam pengadaan majelis keilmuan islam pada masa sahabat dan tabi’in.
Dari sosok Aisyah RA, kita bisa belajar bahwa menjadi perempuan bukanlah takdir yang perlu disesali. Sebab kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan. Tetapi kita bisa menentukan hidup kita ke depannya akan seperti apa.
Kecerdasan dan mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan menjadi nilau plus bagi seorang perempuan. Karena dengan pengetahuannya ia bisa mengatasi permasalahan hidup tanpa menjadi beban orang lain.
Terlebih hidup di zaman modern, perempuan harus kuat dan cerdas supaya tidak dijadikan objek seksual semata. Namun tetap diperhitungkan atas dasar kontribusinya dalam bidang yang ia geluti. Dan akhirnya meskipun telah melalang buana dalam samudra ilmu pengetahuan, sudah selayaknya tetap berpedoman kepada sumber utama sebagai umat muslim yaitu Alquran dan Hadis.