Hari Santri Nasional ke-4; Santri Seharusnya Jadi Agen Perdamaian
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, pada acara Muktamar Pemikiran Santri, terkait Hari Santri Nasional ke-4, di Pesantren Tinggi
Asshiddiqiyah, meminta santri se-Indonesia tetap menjadi agen penyebar Islam damai yang bersemangat rahmatan lil alamin. Peran santri dalam sejarah kemerdekaan Indonesia sangatlah besar.
“Santri, kita tahu, memiliki rekam jejak yang menonjol terkait kebudayaan dan segala relasinya terhadap pembangunan bangsa ini. Selain itu, santri juga harus menjadi benteng NKRI terhadap kekuatan kontra persatuan dan demokrasi,” katanya, di Jakarta, dilansir dari siaran pers, Senin (30/9/2019).
Di sisi lain, Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemag, Kamaruddin Amin, menambahkan bahwa peringatan Hari Santri nanti dapat membuka pikiran umat Islam, ajaran di pesantren berpegang pada perdamaian.
“Muktamar pemikiran santri ini memberikan pemahaman kepada masyarakat umum dan internasional, bahwa pesantren adalah role model sempurna dalam gagasan perdamaian dunia,” kata Kamaruddin.
Santri, dalam pandangan Kamaruddin, merupakan manifestasi pelajar muslim tradisional di Indonesia terbukti sepanjang masa telah menjadi agen pemegang agama Islam yang konsisten, toleran, dan penjaga pagar keberagaman dalam bingkai negara kesatuan.
“Peran santri sangat efektif menangkal radikalisme di ruang-ruang yang memenangkan perebutan otoritas di ruang publik,” tambah Kamaruddin.
Dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional ke-4 pada 22 Oktober mendatang, acara yang akan digelar antara lain Muktamar Pemikiran Santri dan Malam Kebudayaan Pesantren. Khusus untuk Muktamar sebanyak 126 praktisi pesantren tinggi dari seluruh Indonesia yang terlibat.