Santri Diminta Harus Berani Tampil di Media Sosial
HIDAYATUNA.COM, Ciputat – Intelektual Muda NU Ulil Abshar Abdalla mengatakan Islam di berbagai belahan dunia sedang mengalami perubahan dan tantangan yang sangat serius seiring dengan menggejalanya revolusi digital. Hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber di acara Pendidikan Instruktur Nasonal Moderasi Beragama (PIN-MB).
“Cara beragama masyarakat kini mengalami perubahan luar biasa, yang tidak terprediksi sebelumnya,” katanya di Ciputat, dikutip Selasa (31/12/2019).
Acara tersebut diikuti dosen dan mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) ini berlangsung empat hari, 27-31 Desember 2019. Acara tersebut diselegarakan oleh Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama.
Gus Ulil mengungkapkan bahwa, di era digital banyak orang yang merasa menjadi ahli agama, padahal baru membaca sedikit informasi. Meski begitu mereka berani tampil membuat konten-konten digital yang mempengaruhi publik. Banyak masyarakat yang belum bisa memfilter informasi sehingga mudah terpengaruh.
Menurutnya, dampak dari hal tersebut, yang paling terasa adalah runtuhnya otoritas keagamaan, pudarnya afiliasi terhadap lembaga kegamaan, menguatnya individualisme.
Selain itu, lanjut Ulil, pluralisme juga berubah menjadi tribalisme dan muncul gejala “tinkering”, yaitu: gejala mengutak-ngatik agama tapi tanpa dibekali dengan kompetensi.
Gus Ulil juga mendorong agar dosen, para cendekiawan, dan agen moderasi, terlebih yang memiliki latar belakang santri untuk tidak ragu tampil membuat konten di media sosial. Agen moderasi harus ikut berkompetisi dalam membentuk ruang ketokohan dan tidak ragu berani menonjolkan diri (asertif).
“Selama ini yang saya lihat santri masih terbelenggu dengan budaya tawadhu. Dalam konteks saat ini perlu ditinjau ulang,” jelasnya.