Sanad Ilmu Ponpes Modern Al-Amanah, Junwangi Krian Sidoarjo
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Pesantren ini saya dengar pertama kali dari teman saya di Keputih, Surabaya, yang putranya sedang mondok di tempat tersebut.
Beliau mengabarkan pondoknya sangat maju sekali. Setelah itu saya tidak banyak tahu tentang profil pesantren tersebut.
Tidak ada petir atau gejala alam lain tiba-tiba Sahib saya, Ust El Fath Qo’rul Ardh , mengirimkan pesan WhatsApp agar hadir di pondok tersebut. Karena yang mengundang teman sepondok di Ploso tentu saya iyakan.
Sesampainya di pintu gerbang pesantren tersebut saya melihat di kegelapan malam memang pesantren yang besar. Di depan aula saya disambut langsung oleh Pendirinya, KH Nur Kholis Misbah. Seperti biasa kepada para kiai yang berjuang untuk umat selalu saya cium tangannya.
Saya menyampaikan tentang pentingnya sanad. Gambaran sanad adalah seperti kabel, di dalam kabel itulah daya listrik akan tersalurkan dari pusatnya.
Ilmu Islam ini tentu kesemuanya dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Para ulama yang menjaga sanadnya sampai kepada kita hari ini dan seterusnya.
Sanad juga menjadi identitas ilmu ulama pesantren:
ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ، ﻳﻘﻮﻝ: «ﺑﻴﻨﻨﺎ ﻭﺑﻴﻦ اﻟﻘﻮﻡ اﻟﻘﻮاﺋﻢ» ﻳﻌﻨﻲ اﻹﺳﻨﺎﺩ
Artinya:
“Abdullah bin Mubarak berkata: “Pembeda antara kita dan kaum yang lain adalah sanad.” (Sahih Muslim)
ﻋﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﻴﺮﻳﻦ، ﻗﺎﻝ: «ﺇﻥ ﻫﺬا اﻟﻌﻠﻢ ﺩﻳﻦ، ﻓﺎﻧﻈﺮﻭا ﻋﻤﻦ ﺗﺄﺧﺬﻭﻧ ﺩﻳﻨﻜﻢ»
Artinya:
“Muhammad bin Sirin berkata: “Ilmu ini adalah bagian dari Islam. Maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil ilmu agamamu.” (Sahih Muslim)
Semakna dengan atsar tersebut adalah sebuah hadis yang disampaikan oleh Al-Hafidz As-Suyuthi:
اﻟﻌﻠﻢ ﺩﻳﻦ ﻭاﻟﺼﻼﺓ ﺩﻳﻦ ﻓﺎﻧﻈﺮﻭا ﻋﻤﻦ ﺗﺄﺧﺬﻭﻥ ﻫﺬا اﻟﻌﻠﻢ ﻭﻛﻴﻒ ﺗﺼﻠﻮﻥ ﻫﺬﻩ اﻟﺼﻼﺓ ﻓﺈﻧﻜﻢ ﺗﺴﺄﻟﻮﻥ ﻳﻮﻡ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ (ﻓﺮ) ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ.
Artinya:
“Ilmu adalah bagian dari agama, shalat juga bagian dari agama. Maka lihatlah oleh kalian kepada siapa kalian mempelajari ilmu ini. Bagaimana kalian shalat seperti cara ini. Sebab kalian kelak akan ditanya di hari kiamat.” (HR. Ad-Dailami dari Ibnu Umar)
Pada pembacaan sanad ternyata KH Nur Kholis Misbah berguru kepada KH Badrusholeh, Purwosari, dan beliau berguru kepada KH Hasyim Asy’ari, Pendiri NU.
Dalam Baiat santri yang dibaca oleh pengasuh pesantren juga jelas-jelas disebut mengikuti Ahlussunah wal Jamaah An-Nahdliyah.
Dengan demikian sanad keilmuan Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi Krian ini sama dan sejalur dengan banyak pesantren besar lainnya, seperti Pondok Lirboyo, Pondok Ploso, Pondok Sidogiri dan sebagainya. []