Sampai Kapan Kita Akan Berdebat Tentang Jumlah Rakaat Tarawih?

 Sampai Kapan Kita Akan Berdebat Tentang Jumlah Rakaat Tarawih?

Menyoal Tarawih 4 Rakaat Satu Salam dan Perubahan dalam Masyarakat (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Seorang sahabat mengirimi saya bukti postingan seorang ustaz di Sumatera Utara, dalam postingan itu ia menulis bahwa jumlah rakaat tarawih itu adalah 20 rakaat. Tidak ada tarawih 8 rakaat.

Adapun hadis Sayyidah Aisyah ra bahwa Nabi Saw melakukan qiyam, baik di bulan Ramadan atau di luar Ramadan, tidak lebih dari 11 rakaat. Menurut sang ustaz, itu adalah dalil untuk salat witir, bukan tarawih.

Postingan sang ustaz yang sudah ia sampaikan juga dalam ceramahnya di hadapan jemaah, telah menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat. Terutama mereka yang selama ini melakukan tarawih delapan rakaat.

Hal yang tidak mengenakkan, ketika sang ustaz ditanya oleh jemaah: “Berarti masjid-masjid yang tarawihnya 8 rakaat, kenapa ustaz-ustaznya diam?” Dengan enteng ia jawab: “Mereka tidak jujur. Sebab, 11 atau 20 rakaat amplopnya sama. Kan, lebih enak 11, lebih cepat selesainya. Makanya mereka bungkam.”

Terkadang kita heran, kenapa banyak orang yang sudah dikenal sebagai ustaz, tidak berhati-hati dalam berpendapat, apalagi dalam masalah hukum. Sudahkah masalah itu dikaji secara mendalam? Sudahkah masalah itu ‘dibunuh’ pembahasannya? (ungkapan yang sering dipakai para ulama : هل قتلته بحثا؟).

Tarawih sebagai Qiyam Ramadan

Kata ‘tarawih’ itu sesungguhnya adalah istilah lain dari qiyam Ramadan. Dinamakan dengan tarawih karena setiap selesai empat rakaat para sahabat beristirahat (ترويحة).

Seiring berjalan waktu, nama yang lebih dominan untuk salat yang dilakukan setelah Isya di malam-malam Ramadan itu disebut tarawih. Tapi hakikatnya ia adalah qiyam Ramadan.

Dalam berbagai hadis, kita tidak akan menemukan Rasulullah Saw menganjurkan umatnya melakukan salat tarawih. Adanya adalah anjuran untuk qiyam Ramadan, itulah yang dikenal dengan tarawih.

Maka, ada bab yang terdapat di dalam shahih Muslim :

بَابُ التَّرْغِيبِ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ وَهُوَ التَّرَاوِيحُ

“Bab motivasi untuk qiyam Ramadan yaitu tarawih.”

Rasulullah Saw bersabda dalam hadits yang sangat masyhur :

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang melakukan qiyam Ramadan dengan keimanan dan keikhlasan niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.”

Imam Khatib asy-Syarbini berkata:

اتفقوا على أن صلاة التراويح هي المرادة بالحديث المذكور

“Para ulama sepakat bahwa salat tarawih-lah yang dimaksud oleh hadis ini.”

Rasanya ini sudah menjadi pengetahuan umum umat Islam, bahkan anak-anak SD pun tahu bahwa yang dilakukan di malam Ramadan itu adalah tarawih.

Qiyam Ramadan Rasulullah

Nah, sekarang bagaimana qiyam Ramadan yang dilakukan Rasulullah Saw?

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ؟ فَقَالَتْ: «مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً

Dari Abu Salamah bin Abdurrahman, ia bertanya kepada Sayyidah Aisyah bagaimana salat Rasulullah Saw di bulan Ramadan? Ia menjawab: “Rasulullah tidak menambah, baik di Ramadan maupun di luar Ramadan, lebih dari 11 rakaat.”

Terlepas dari berbagai riwayat dan penjelasan para ulama tentang bagaimana detail pelaksanaan 11 rakaat itu. Tapi yang jelas begitulah qiyam Ramadan yang dilakukan Rasulullah Saw.

Oleh karena yang dimaksud dengan tarawih adalah qiyam Ramadan, berarti di dalam yang sebelas rakaat itu sudah tercakup tarawih, apakah 8 atau 10. Masalah berapa rakaat witirnya, apakah tiga atau satu, ini tentu memerlukan kajian tersendiri.

Kalau ustaz tadi mengatakan tidak ada tarawih 8 rakaat, yang ada hanya 20 rakaat, maka di sisi yang berlawanan. Tidak sedikit juga kalangan yang mengatakan bahwa tarawih itu maksimal hanya 8 rakaat.

Adapun yang lebih dari itu; 20 atau 36 rakaat, itu tidak sesuai dengan sunah Nabi. Antara kedua pendapat yang bertentangan ini umat juga yang semakin bingung dan galau.

Tidak Ada Sunah Batas Jumlah Rakaat dalam Tarawih

Imam Syaukani bahkan mengatakan, justru sebenarnya membatasi jumlah rakaat tarawih itulah yang tidak ada sunahnya :

والحاصل أن الذي دلت عليه أحاديث الباب وما يشابهها هو مشروعية القيام فى رمضان والصلاة فيه جماعة وفرادى ، فقصر الصلاة المسماة بالتراويح على عدد معين وتخصيصها بقراءة مخصوصة لم يرد به سنة

“Kesimpulan yang diperoleh dari hadis-hadis dalam masalah ini adalah anjuran untuk qiyam Ramadan baik berjemaah maupun sendiri-sendiri. Adapun membatasi jumlah rakaat tertentu untuk salat yang disebut dengan tarawih dan mengkhususkan bacaan tertentu maka ini tidak ada sunahnya.”

Syaikh Ibnu Taimiyyah juga mengatakan :

ومن ظن أن قيام رمضان فيه عدد موقت عن النبي صلى الله عليه وسلم لا يزاد فيه ولا ينقص منه فقد أخطأ

“Siapa yang menyangka bahwa qiyam Ramadan itu ada jumlah tertentu dari Nabi Saw, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang, maka ia telah keliru.”

Semoga kita lebih bisa berfokus pada kualitas qiyam Ramadan daripada selalu memperdebatkan tentang jumlahnya yang masing-masing tentu memiliki dalil tersendiri.

Yendri Junaidi

Pengajar STIT Diniyah Putri Rahmah El Yunusiyah Padang Panjang. Pernah belajar di Al Azhar University, Cairo.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *