Salinan Tafsir al-Jalalain Ini Diduga Jadi Manuskrip Pegon Tertua

 Salinan Tafsir al-Jalalain Ini Diduga Jadi Manuskrip Pegon Tertua

Salinan Tafsir al-Jalalain Ini Diduga Jadi Manuskrip Pegon Tertua


HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Berbicara soal naskah kuno atau manuskrip, Indonesia mempunyai banyak sekali manuskrip kuno peninggalan para ulama Nusantara. Salah satunya adalah naskah kuno dari salinan Tafsir al-Jalalain. Bahkan naskah ini diduga sebagai manuskrip pegon tertua di tanah Sunda.

Hal ini disinggung oleh pakar filologi Islam, Ahmad Ginanjar Sya’ban dalam postingan di akun Facebooknya dikutip Kamis, 27 Agustus 2020. Ginanjar menjelaskan bahwa salinan Tafsir al-Jalalain dari Cirebon ini memiliki angka tahun 1033 Hijriah atau 1624 Masehi.

Sebagi sebuah naskah, tentu naskah salinan Tafsir al-Jalalain dari Cirebon ini terbilang sangat tua. Dalam postingannya itu, Ginanjar menyemat foto manuskrip pegon yang diduga tertua di tatar Sunda tersebut.

“Ini adalah foto halaman pertama dan terakhir dari manuskrip salinan kitab Tafsîr al-Jalâlain yang disalin oleh seorang bernama Haji Muhammad Hasan Basri dari Cirebon (Jawa Barat), dengan tahun penyalinan 1033 Hijri (1624 Masehi),” ungkap Ginanjar.

Ia menjelaskan, Kitab Tafsir al-Jalalain merupakan kitab tafsir yang sangat terkenal dalam sejarah keilmuan dunia Islam. Kitab tafsir tersebut dikarang oleh dua orang ulama besar yang masih terhitung guru-murid, yaitu al-Imâm Jalâl al-Dîn al-Mahallî (w. 864 H/1460 M) dan al-Imâm Jalâl al-Dîn al-Suyûthî (w. 911 H/1505 M).

“Selain menyalin ulang teks kitab Tafsir al-Jalalain, Haji Muhammad Hasan Basri juga menuliskan terjemah antar baris (makna gantung) dalam bahasa Jawa Pegon (bahasa Jawa aksara Arab),” jelasnya.

Tidak semua kata berbahasa Arab dari teks “Tafsir al-Jalalain” tersebut diterjemahkan oleh Haji Muhammad Hasan Basri. Meski demikian, hampir di setiap halaman, pada banyak kata berbahasa Arab dari teks tersebut, terdapat bubuhan terjemahan gantung berbahasa Jawa Pegon.

“Jumlah keseluruhan halaman naskah adalah 572 halaman (286 lembar/recto-verso),” ungkapnya.

Saat ini, lanjut Ginanjar, naskah Tafsir al-Jalalain salinan Haji Muhammad Hasan Basri Cirebon bertahun 1624 M itu tersimpan sebagai koleksi masyarakat atas nama Bapak Uuy Fathurrahman dari Kuningan, Jawa Barat.

“Naskah tersebut telah didigitalisasi oleh project Dreamsea dan diunggah dalam portal halaman digitalnya,” tandasnya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *