Salat Witir Berjemaah di Luar Ramadhan, Bolehkah?
HIDAYATUNA.COM – Salat witir sangat dianjurkan, utamanya di malam hari menjelang tidur. Rasulullah sendiri mendorong umatnya untuk melaksanakan salat witir, salah satunya disebut dalam hadis ini:
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ ” قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَافَ أَلَّا يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمَعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلَاةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ “
“Dari Jabir radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah saw. bersabda: ‘Siapa yang khawatir tidak bangun di akhir malam, maka salatlah witir terlebih dahulu. Dan orang yang yakin bisa banging di akhir malam, maka salatlah witir di akhir malam. Sebab, salat di akhir malam itu disaksikan oleh malaikat dan itu lebih utama.” (HR. Muslim)
Salat witir sendiri dikerjakan sendiri-sendiri, sementara di bulan Ramadhan dikerjakan berjemaah setelah salat Tarawih. Sebagaimana Imam an-Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab (4/15) menegaskan bahwa:
إذَا اسْتَحْبَبْنَا الْجَمَاعَةَ فِي التَّرَاوِيحِ اُسْتُحِبَّتْ الْجَمَاعَةُ أَيْضًا فِي الْوِتْرِ بَعْدَهَا بِاتِّفَاقِ الْأَصْحَابِ
“Jika kita menganggap sunah berjemaah dalam salat tarawih, begitu pula sunah berjemaah dalam salat witir setelahnya dengan kesepakatan ulama ashab.”
Juga disebutkan dalam kitab Hasyiyata al-Qalyubi wa ‘Umairah (1/245):
(وَأَنَّ الْجَمَاعَةَ تُنْدَبُ فِي الْوَتْرِ) الْمَأْتِيِّ بِهِ. (عَقِبَ التَّرَاوِيحِ جَمَاعَةً وَاَللَّهُ أَعْلَمُ) بِنَاءً عَلَى نَدْبِهَا فِي التَّرَاوِيحِ الَّذِي هُوَ الْأَصَحُّ الْآتِي.
“Berjemaah disunahkan dalam salat witir setelah melaksanakan salat tarawih berjemaah. Wallahu a’lam. Hal ini berdasarkan atas kesunahan berjemaah dalam salat witir menurut pendapat yang lebih shahih.”
Salat Witir Berjemaah
Lalu, bagaimana jika dikerjakan secara berjemaah di luar bulan Ramadhan? Ulama dari mazhab Syafi’i dan Hanbali menganggap tidak disunahkan dilakukan secara berjemaah di luar Ramadhan. (Hasyiyata al-Qalyubi wa ‘Umairah [1/245], Kasysyaf al-Qina’,[1/422])
Dalam hal ini, Syekh Nawawi al-Bantani menjelaskan dalam kitab Nihayatuz Zain halaman 101:
(وَ) مِنَ الْقِسْمِ الَّذِيْ لَا تُسَنُّ فِيهِ الْجَمَاعَةُ (وِتْرٌ) فِيْ غَيْرِ رَمَضَانَ
“Yang termasuk salat yang tidak disunnahkan dilaksanakan secara berjemaah adalah salat witir di luar ramadhan.”
Meskipun begitu, Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa tidak masalah apabila berjemaah. Artinya, hukum salatnya tetap sah dan tidak makruh. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab [4/15])
Mengenai pahala yang didapatkan, ulama berbeda pendapat. Imam Nuruddin al-Halabi menegaskan bahwa berjemaah di luar ramadhan tidak menghasilkan pahala.
Sedangkan Imam Ali Syibramalisi menukil pendapat dari Imam Syihabuddin al-Abady bahwa pelaksanaan tersebut tetap berpahala (I’anatut Thalibin [1/294]).
Namun, apabila tujuan berjemaah tersebut untuk mengajarkan tata caranya, atau sebagai dorongan agar istiqomah mengerjakannya, maka pelaksanaannya diganjar dengan pahala. Sebagaimana ditegaskan dalam Bughyatul Mustarsyidin halaman 136:
تُبَاحُ الجَمَاعَةُ فِيْ نَحْوِ الوِتْرِ وَالتَّسْبِيْحِ فَلَا كَرَاهَةَ فِيْ ذَلِكَ وَلَا ثَوَابَ. نَعَمْ، إِنْ قَصَدَ تَعْلِيْمَ الــمُصَلِّيْنَ وَتَحْرِيْضَهُمْ كَانَ لَهُ ثَوَابٌ.
“Diperbolehkan berjemaah dalam salat witir dan salat tasbih dan hukumnya tidak makruh serta tidak memperoleh pahala. Namun, apabila bertujuan sebagai pembelajaran bagi orang-orang yang salat, atau memotivasi mereka, maka hal ini akan diganjar dengan pahala.”
Dengan demikian, salat witir berjemaah di luar Ramadhan hukumnya boleh, bahkan berpahala jika diniatkan untuk pengajaran dan motivasi.