Salat dan Puasa, Dua Syariat Unik

Hukum Salat Jum’at Ketika Khatib Lupa Tidak Membaca Salawat atas Nabi (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM – Salat dan puasa itu dua ajaran syariat yang memiliki keunikan. Salat ajaran yang diwahyukan secara khusus, Nabi Muhammad langsung menerima perintah tanpa melalui Malaikat Jibril dalam peristiwa Mi’raj di Sidrotil Muntaha.
Tetapi pahala salat dibeberkan di banyak hadis, baik keutamaan salat fardhu maupun sunnah. Sementara puasa adalah ajaran syari’at yang diwahyukan melalui malaikat Jibril dan tidak secara khusus sebagaimana salat, namun pahala puasa dirahasiakan di sisi Allah;
« كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به » [رواه الإمام البخاري].
Artinya: “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari)
Jembatan yang menghubungkan keduanya adalah hikmah; laku raga (syari’at), laku cipta (tarekat), laku jiwa (hakekat) dan laku rasa (ma’rifat).
Salatmu tak bernilai jika terjebak pada formalitas belaka, apalagi meniadakan kedisiplinan, hasrat menuai puji dan menafikan prilaku berbagi. (lihat QS A-Mā’ūn)
Puasamu juga demikian, bila perhatianmu hanya pada menahan diri dari rasa lapar dan dahaga. Sementara lisan dan hatimu geram menyebar fitnah dan kebencian, maka engkau tak beroleh apa-apa, pahalamu bubrah dan sirna.