Salamah bin Al-Akwa, Tokoh Islam Penakluk Perang

 Salamah bin Al-Akwa, Tokoh Islam Penakluk Perang

Salamah Al-Akwa (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Sebagai tokoh paling mahir dalam peperangan infanteri, memanah, melemparkan tombak dan lembing, Salamah bin Al-Akwa terkenal dengan siasat yang serupa dengan perang gerilya. Siasat yang selama ini kita lihat dalam perang-perang.

Jika musuh datang menyerang, ia menarik pasukannya mundur ke belakang. Tetapi bila mereka kembali untuk berhenti atau istirahat, maka diserangnya mereka tanpa ampun.

Salamah mampu menghalau tentara yang menyerang luar Kota Madinah di bawah pimpinan Uyainah bin Hishan Al-Fizari seorang diri. Ia mempraktikkan siasat tersebut dalam suatu peperangan yang disebut Perang Dzi Qarad.

Salamah diam-diam pergi mengikuti mereka dari belakang seorang diri, lalu memerangi dan menghalau mereka dari Madinah. Kemudian datanglah Nabi membawa bala bantuan yang terdiri dari sahabat-sahabatnya.

Pada hari itulah Rasulullah menyatakan kepada para sahabat, “Tokoh pasukan infanteri kita yang terbaik ialah Salamah bin Al-Akwa!”

Salamah bin Al-Akwa bisa dibilang tokoh yang pemberani, dermawan dan gemar berbuat kebajikan. Saat ia menyerahkan dirinya untuk menganut agama Islam pun, diserahkannya secara benar dan sepenuh hati. Salamah menjadi salah satu tokoh Baiatur Ridwan.

Salamah Al-Akwa Berislam

Pada tahun 6 H, Rasulullah Saw bersama para sahabat berangkat dari Madinah dengan maksud hendak berziarah ke Ka’bah, tetapi dihalangi oleh orang-orang Quraisy. Maka Rasulullah mengutus Utsman bin Affan untuk menyampaikan kepada mereka bahwa tujuan kunjungannya hanyalah untuk berziarah dan sekali lagi bukan untuk berperang.

Sementara menunggu kembalinya Utsman, tersiar berita bahwa ia telah dibunuh oleh orang-orang Quraisy. Rasulullah lalu duduk di bawah naungan sebatang pohon menerima baiat sehidup semati dari sahabatnya seorang demi seorang.

Sahabat Rasulullah Ingatkan Pedihnya Sakaratul Maut.

“Aku mengangkat baiat kepada Rasulullah di bawah pohon, dengan pernyataan menyerahkan jiwa ragaku untuk Islam, lalu aku mundur dari tempat itu,” tutur Salamah. “Tatkala mereka tidak banyak lagi, Rasulullah bertanya, ‘Hai Salamah, kenapa kamu tidak ikut baiat?”

“Aku telah baiat, wahai Rasulullah,” jawabku.

“Ulanglah kembali!” titah Nabi.

“Maka kuucapkanlah baiat itu kembali.”

Dan Salamah telah memenuhi isi baiat itu sebaik-baiknya. Bahkan sebelum diikrarkannya, yakni semenjak mengucapkan “Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, maksud baiat itu telah dilaksanakan.

“Aku berperang bersama Rasulullah sebanyak tujuh kali, dan bersama Zaid bin Haritsah sebanyak sembilan kali!” kata Salamah.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *