Sains dan Agama, Dua-duanya Jalan Mencarai Kebenaran
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Cendikiawan muslim Haidar Bagir secara tegas mengatakan bahwa sains dan agama bisa berdampingan dengan baik. Menurut dia, kedua-duanya, yakni antara agama dan sains jalan untuk mencari kebenaran.
“Sains dan agama dua-duanya jalan mencari kebenaran. Dua-duanya bersumber dari Allah,” ungkap Haidar Bagir melalui akun twitter pribadinya @Haidar_Bagir dikutip Hidayatuna.com, Rabu (29/7/2020).
Yang membedakan, sains bersifat rasional empiris. Sementara agama bersifat psikologis-spiritual. Kedunya bisa dipadukan dan saling melengkapi. Dimana sain bermuara kepada kemajuan peradaban dan agama untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.
“Yang satu rasional-empiris, yang lain psikologis-spiritual. Yang satu untuk kemajuan peradaban, yang lain kebahagiaan,” sambungnya.
Untuk itu lanjut dia, antara sains dan agama kedua-duanya perlu berjalan beriringan untuk menyempurnakan kehidupan. Bila keduanya bila bersandingan maka hakikat kehidupan yang kaffah akan tercapai.
“Keduanya perlu seiring sejalan menyempurnakan kehidupan. Sains “religius”, Agama “Saintifik”,” jelasnya.
Sebagai informasi, perdebatan antara sains dan agama, yang secara sederhana adalah perdebatan antara pemikiran berdasarkan fakta dan keimanan, sudah sangat mendarah daging. Keduanya selalu dipertentangan dan tidak saling menjelaskan.
Namun hal ini ternyata bisa dijelaskan juga oleh Sains. Karena menurut sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal PLOS One, konflik ini berakar dari struktur otak kita.
Para ilmuwan menemukan hal ini melalui penelitian secara mendalam tentang mengapa seseorang menggunakan penalaran analitis, yang punya asosiasi ke sains, serta alasan moralitas, yang erat hubungannya dengan keimanan atau agama.