Saat Kalimat “Fa-Ainallah” Membebaskan Seorang Budak
Saat Kalimat “Fa-Ainallah” Membebaskan Seorang Budak. Berikut Ini Kisah Kalimat Tersebut Dikumandangkan Untuk Membebaskan
HIDAYATUNA.COM – ikisahkan oleh Abdullah bin Dinar, seorang ajudan Khalifah Umar bin Khattab, pernah berkisah pengalamanya dalam perjalanan bersama Sang Khalifah. Ketika itu, Khalifah hendak menuju kota Mekkah dari Madinah. Di tengah perjalanan, mereka berjumpa dengan seorang penggembala yang sedang pulang bersama ratusan kambing penggembalaannya.
Melihat kambing-kambing yang gemuk dan bersih itu, Sang Khalifah pun tertarik. Beliau ingin menguji sejauhmana tanggung jawab dan kejujuran si penggembala tadi. Maka, terjadilah antara keduanya dialog sebagai berikut :
Khalifah: “Sungguh saya amat
tertarik pada kambing-kambingmu yang gemuk lagi bersih ini. Bolehkah saya
membeli seekor daripadanya?”
Penggembala : “Maaf, Tuan, saya hanya seorang budak. Kambing-kambing ini
milik majikan saya yang berada di seberang padang pasir sana!”
Khalifah: “Yah, kambing ini ‘kan jumlahnya cukup banyak. Seandainya kurang
seekor saja, majikanmu mana tahu? Katakan saja kepadanya, yang seekor telah
hilang atau diterkam serigala!”
Penggembala: “Bisa saja, Tuan, saya berdusta kepada majikan saya, Namun
“fa-ainallah” (di mana Allah)?”
Mendengar jawaban “fa-ainallah” yang spontan keluar dari mulut penggembala tadi, Sang Khalifah tertegun, kagum. Khalifah menyadari bahwa penggembala yang berada di hadapanya bukankah sembarangan penggembala. Dia tentu seorang budak yang berhati suci, memiliki aqidah dan keimanan yang begitu dalam kepada Allah swt. Maka sang Khalifah pun meminta penggembala untuk di pertemukan dengan majikanya.
Sang Khalifah ingin membebaskan penggembala itu dari statusnya sebagai budak. Begitu berjumpa dengan majikan si penggembala tadi, Khalifah pun mengutarakan maksudnya. Ia bersedia membayar berapa saja yang di minta untuk membebaskan penggembala tadi dari perbudakan. Akhirnya, penggembala yang budak itu pun menjadi merdeka. Dengan rasa gembira bercampur haru, khalifah pun bertutur sambil mendoakan : “kalimah ” fa-ainallah” telah membebaskan Anda dari perbudakan di dunia. Semoga dengan kalimat itu juga Anda terbebas dari siksa neraka di akhirat kelak.!”
Demikian sebuah kisah mengharukan bagaimana seorang yang jujur ia mampu membebaskan dirinya dari perbudakan. Kisah ini juga menunjukan kepada kita betapa kejujuran itu sesungguhnya tidak harus menjadi hak-hak orang tertentu. Seorang yang rendah sekalipun, seperti budak, masih memiliki kejujuran. karena itu hargai dan hormati orang kecil. karena di balik penampakanya yang terlihat kecil itu, kadang menyimpan sebuah permata kejujuran yang jauh lebih kuat di bandingkan orang besar.
Tim Redaksi Hidayatuna