Sa’ad bin Abi Waqqash Penyebar Nama Alllah
HIDAYATUNA.COM – Sa’ad bin Abi Waqqash dilahirkan di Mekah, 23 tahun sebelum hijrah. Ia tumbuh dan terdidik di lingkungan Quraisy. Bergaul bersama para pemuda Quraisy dan pemimpin – pemimpin Arab. Sejak kecil, Sa’ad memang gemar sekali memanah dan membuat busur panah sendiri. Kedatangan jamaah haji ke Mekah menambah khazanah pengetahuannya tentang dunia luar. Dari mereka ia mengenal bahwa dunia itu tidak sama dan seragam. Sebagaimana samanya warna pasir gurun dan gunung-gunung batu. Banyak kepentingan dan tujuan yang mengisi kehidupan manusia.
Ia panglima yang berpengalaman, pahlawan yang berani, panglima pasukan Islam dalam perang Qadisiyah, perang negeri-negeri Kisra, penakluk Irak dan penyebar nama Alllah di daerah takluknya itu.
Ayah Sa’ad adalah Malik bin Ahib dari Bani Abdi Manaf, Ibunya adalah Hikmah binti Sufyan bin Umayyah. Keluarganya memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seseorang. Ayah Sa’ad adalah anak dari seorang pembesar bani Zuhrah. Nama lengkapnya Malik bin Wuhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin Adnan.
Malik, ayah Sa’ad adalah anak paman Aminah binti Wahab, Ibu Rasulullah. Malik juga merupakan paman dari Hamzah bin Abdul Muthalib dan Shafiyyah binti Abdul Muthalib. Sehingga nasab Saad termasuk nasab yang terhormat dan mulia. Dan memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi.
Ibunya adalah Hamnah binti Sufyan bin Umayyah al-Akbar bin Abdu asy-Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin Adnan.
Setelah ayahnya meninggal dunia, ibunya bersusah payah untuk menghidupi dan mendidiknya bersama dengan saudaranya, hingga datanglah Islam, kemudian, mereka berseberangan jalan.
Pekerjaannya pada zaman Jahiliah adalah membuat panah. Pada zaman Islam, ia terkenal sebagai seorang pemanah dan penunggang kuda yang lihai. Sa’ad mempunyai ciri dan sifat yang jelas sekali menemuinya, sulit melupakannya. Ia perawakan pendek, gemuk, dan kekar. Jarin-jarinya besar dan rambutnya keriting.
Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang Ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.
Namun, Ibunya menjadi seseorang yang menentang akan ikrar syahadatnya menuju Islam. Ibunya meminta beliau untuk melepaskan agama yang baru (Islam) dengan ancaman tidak akan makan dan minum sehingga mati jika tidak dituruti. Tetapi dengan segala hormat dan teguh, Sa’ad bin Abi Waqqash tetap mempertahankan dan menyeru bahwa agama Islam adalah agama yang benar.
Lalu ibunya benar-benar menunaikan ancamannya tidak makan dan minum sehari semalam hingga terlihat lemah dan lunglai. Kemudian Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Demi Allah sekiranya Ibu mempunyai seribu nyawa, lalu nyawa itu melayang dan meninggal, kemudian hidup lagi dan meninggal lagi, dan demikian seterusnya, namun aku tetap tidak akan meninggalkan agama ini.” Demikianlah hingga tiga hari lamanya, ibunya pun pingsan lalu disirami air oleh adik beliau yang bernama Umarah, sehingga ia sadar dan mendoakan beliau.
Setelah diperhatikannya Sa’ad bin Abi Waqqash tetap bertahan pada pendiriannya. Akhirnya sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin kembali seperti sedia kala. Dia hanya dirundung kesedihan dan kebencian.
Allah SWT mengekalkan peristiwa yang dialami Sa’ad dalam ayat Al-Qur’an, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap mereka dengan bersabda, “Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga.”
Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash.
Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi Waqqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia hampir selalu menyertai Nabi SAW dalam setiap pertempuran.
Kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau. Dalam Perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, “Panahlah, wahai Sa’ad! Ayah dan Ibuku menjadi jaminan bagimu.”
Sa’ad bin Abi Waqqash juga dikenal sebagai seorangsahabat yang doanya senantiasa dikabulkan Allah. Qais meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa.”
Sejarah mencatat, hari-hari terakhir Sa’ad bin Abi Waqqash adalah ketika ia memasuki usia 80 tahun. Dalam keadaan sakit, Sa’ad berpesan kepada para sahabatnya agar ia dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin. Dengan kain inilah aku menghadapi kaum musyrik di Perang Badar dahulu dan saat itu betapa inginnya aku menemui Tuhanku Yang Maha Agung”.
Sa’ad bin Abi Waqqash dipanggil oleh Allah pada tahun 54H atau 674M di Madinah, Arab atau Guangzhou, Tiongkok di pangkuan anaknya pada usia 80 tahun. Ia termasuk salah seorang dari keenam calon khalifah yang diusulkan dengan musyawarah oleh Khalifah Umar Ibnul Khathab ketika ia mengembuskan nafas terakhirnya, “kalau ia terpilih, terserahlah. Kalau tidak, supaya ia senantiasa dijadikan penasihat penguasa. Aku memecatnya bukan karena ia tidak mampu atau karena khianat. Lain dari itu, ia seorang khal (saudara ibu) Rasulullah SAW”.
Sa’ad merupakan orang pertama yang menumpahkan darah dalam Islam. Menurut keterang Ibnul Ishaq, pada waktu itu, para sahabat kalau bershalat di syi’ib (sudut kota) menyembunyikan bacaan dan shalatnya dari kaumnya. Pada suatu hari Sa’ad bersama dengan mereka disalah sebuah sudut kota Mekah, tiba-tiba ada segerombolan kaum Quraisy lewat disana, lalu mereka mengejek dan menggangu shalat mereka. Sa’ad bin Abi Waqqash lalu menyerang dan memukul salah seorang dengan tulang unta hingga mengucurkan darah, yang merupakan darah pertama yang ditumpahkan demi mempertahankan diri dan kebebasan berdakwah dalam Islam.
Sumber:
Tokoh-tokoh yang diabadikan Al-quran, Dr. Abdurrahman Umairah
Kisah Sahabat Nabi: Saad bin Abi Waqqash, Lelaki Penghuni Surga republika.co.id
Sa’ad bin Abi Waqqash, Pembela Islam Pertama, tebuireng.online