Ratib al-Haddad Dapat Menangkal Virus Corona

 Ratib al-Haddad Dapat Menangkal Virus Corona

Amalan wirid untuk mencerahkan hati (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Bagi warga Nahdlatul Ulama, Ratib al-Haddad adalah salah satu wirid yang sangat populer. Amalan wirid ini banyak diamalkan karena diyakini memiliki manfaat dan khasiat yang sangat banyak.

Dalam kitab teranyarnya yang berjudul Imdad al-Fu’ad bi Manaqib Quthb al-Irsyad terdapat fatwa. Ulama’ dari India bernama Syaikh Abdul Majid bin Muhammad bin Kunhi Mauta al-Baqilani-lah yang menyampaikannya.

Menurut Syaikh Abdul Majid, dengan mengamalkan wirid Ratib al-Haddad dapat menjauhkan kita dari virus corona. “Barang siapa yang senantiasa membaca Ratib al-Haddad, maka ia tidak akan terjangkit dan terpapar virus corona.”

Penulis kitab ini bernama Syaikh Abdul Majid bin Muhammad bin Kunhi Mauta al-Baqilani. Ia lahir di Manjeri-Malappuram, salah satu wilayah di Malibar India pada 25 Mei 1970.

Untuk menyempurnakan separuh dari agamanya, ia menikahi gadis pilihannya yang bernama Shafiyah. Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai lima orang anak yaitu Roihanah, Muhammad Nizhamuddin, Fathimah Lubbabah, Muhammad Abu Bakar dan Muhammad Musthafa al-Rifa’i.

Latar Belakang Syaikh Abdul Majid

Syaikh Abdul Majid banyak berguru kepada ulama’ India yang terkenal alim dan salih. Di antaranya kepada Syaikh Abu Muhammad Bawi al-Misliyar al-Wailaturi, Syaikh Hasan al-Misilyar dan Syaikh Muhammad al-Misilyar al-Mudikkode.

Abdul Majid melanjutnya studi formalnya di Universitas al-Baqiyat al-Shalihat di Vellore, Tamil Nadu, India, dan lulus pada 29 Januari 1994. Di universitas tersebut, ia berkenalan dengan banyak dosen yang alim seperti Syaikh Kamaluddin al-Baqawi, Syaikh Zainal Abidin al-Baqawi, Syaikh Syabir al-Baqawi, dan Syaikh Hanifah al-Baqawi.

Merasa masih kurang dengan ilmu yang telah didapat, Syaikh Abdul Majid melanjutkan studi lanjutan. Ia mengambil studi di Universitas Markaz al-Tsaqafah al-Suniyyah al-Islamiyyah di Karanthur, Kalikot, India. Khususnya jurusan takhassus, dan lulus pada 28 Desember 1995.

Syaikh Abdul Majid sangat beruntung karena ia mendapatkan ijazah (sanad) keilmuan dari para ulama kenamaan. Di antaranya seperti Syaikh Abu Bakar bin Ahmad al-Kondapurami, pakar hadis ternama Syaikh Isma’il bin Ahmad al-Malibari dan Syaikh Ahmad al-Syarsuli.

Ia juga berkesempatan mengaji dan memeroleh sanad kitab Sahih Bukhari, Sahih Muslim dan al-Sihah dari Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki saat mengerjakan haji pada tahun 2002. Saat ini, ia menjabat sebagai ketua perpustakaan Universitas Markaz al-Tsaqafah al-Suniyyah al-Islamiyyah di di Karanthur, Kalikot, India.

Deskripsi Kitab

Beberapa karya ilmiah Syaikh Abdul Majid sangat banyak, yaitu 44 kitab dalam berbagai disiplin ilmu. Di antaranya:

a. al-Durrah al-Mudhi’ah fi al-Nashaih al-Wadhi’ah

b. al-Durar al-Bahiyyah fi al-Nashaih al-Mudhi’ah

c. al-Qurrah al-Nirah fi al-Nashaih al-Mardhiyyah

d. Ta’alau ila Kalimat al-Fuqaha’; Dirasah Syamilah li al-Ishtilahat al-Fiqhiyyah wa Khidmati al-Fuqaha’ al-Syafi’iyyah

e. Tuhfat al-Wa’izhin, Imdad al-Fuad bi Manaqib Quthb al-Irsyad dan lain-lain.

Kitab yang disebut terakhir adalah kitab terbaru dari Syaikh Abdul Majid. Kitab ini selesai ditulis pada  22 Juni 2020, dan diterbitkan pada bulan Agustus 2020 oleh penerbit Dar al-Qalam di India.

Kitab yang berjumlah 548 halaman ini mengupas tuntas sosok wali Quthb Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad al-Haddad. Mulai dari nasab, kewalian, karomah, beberapa wirid dan hizb karangan sang wali dan khasiat serta manfaat dari masing-masing wirid tersebut.

Kemudian secara khusus, kitab ini mengulas berbagai macam manfaat wirid Ratib al-Haddad. Pembuktian dan waktu yang paling utama membaca wirid ini.

Asal Usul Ratib al-Haddad dan Penyebarannya di Malibar, India

Dalam kitab Imdad al-Fuad, Syaikh Abdul Majid menjelaskan. Ratib al-Haddad disusun ketika para pemuka Hadhramaut merasa khawatir akan masuknya kelompok Syi’ah Zaidiyyah di wilayah tersebut pada tahun 1071.

Mereka khawatir paham Zaidiyyah akan memengaruhi akidah penduduk Hadhramaut. Khususnya masyarakat awam yang sudah sejak lama berpaham Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah.

Dengan alasan ini, mereka menghadap Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad untuk meminta wirid agar apa yang mereka khawatirkan tidak terjadi. Maka, beliau pun menuliskan wirid yang pada akhirnya dikenal di kalangan masyarakat khas dan ‘am di seluruh penjuru dunia.

Di Malibar, India, orang yang pertama kali membawa dan mempopulerkan Ratib al-Haddad adalah Sayyid Alawi al-Mampurami. Awalnya, beliau mengamalkan wirid ini sebagai bacaan rutin setiap hari. Kemudian ulama’, para pakar fiqih, dan orang-orang sufi di Malibar meminta ijazah kepadanya.

Sejak saat itu, Ratib al-Haddad mulai menyebar ke seluruh daerah di Malibar. Beberapa orang di Malibar mengamalkan wirid ini usai salat isya’, ada juga yang membacanya setelah salat ashar.

Khasiat dan Manfaat Ratib al-Haddad Versi Kitab Imdad al-Fu’ad    

Al-Imam al-Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad sendiri pernah menyampaikan manfaat dari wirid buatannya ini. Beliau berkata:

“Barang siapa yang membaca Ratib ini secara kontinyu, maka jika ia meninggal dunia akan mendapat titel husnul khatimah. Siapa saja yang membaca wirid ini, negaranya akan dijaga dan dilindungi Allah (dari bencana dan musibah).”

Syaikh Abdul Majid menyebutkan beberapa khasiat dan manfaat Ratib al-Haddad yang lain yang ia kutip dari beberapa testimoni ulama’. Di antaranya bahwa wirid ini dapat menambah kekayaan, keberkahan dan kebaikan di rumah orang yang membacanya.

Orang yang rajin membaca wirid ini setiap hari, tidak akan mempan baginya racun, hewan buas dan reptil. Allah juga akan memberikan pertolongan kepada pembaca Ratib untuk mengucapkan kalimat “syahadatain” di akhir kehidupannya.

Ratib al-Haddad juga bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti gila, lepra, demam tinggi, keracunan dan lain-lain. Ratib ini juga bisa menangkal wabah penyakit menular sebagaimana yang pernah terjadi di Malibar.

Waktu yang Baik untuk Mengamalkan Wirid

Syaikh Abdul Majid menambahkan bahwa barang siapa yang membaca wirid Ratib al-Haddad secara kontinyu. Atas izin Allah ia tidak akan terjangkit dan terpapar virus corona (al-firus al-kuruna).

Di halaman selanjutnya, Syaikh Abdul Majid menyarankan bagi pengamal Ratib al-Haddad, sebaiknya membaca wirid ini setelah salat isya’. Namun akan lebih sempurna jika dibaca setelah salat isya’ dan usai salat subuh.

Perlu dipahami bahwa bagi yang membaca Ratib al-Haddad, niat utamanya adalah mendekatkan diri kepada Allah. Kemudian baru diniatkan tawassul kepada sang wali Quthb Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad dengan cara mengamalkannya secara kontinyu.

Mudah-mudahan dengan mengamalkan wirid ini kita dijaga dan dihindarkan Allah dari wabah corona varian baru (Delta) yang sedang menjangkit saudara-saudara kita. Aamiin

Abdul Wadud Kasful Humam

Dosen di STAI Al-Anwar Sarang-Rembang

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *