Rangkayo Hj. Rasuna Said. Pembela Pancasila. (Kisah yang Tercecer)
“Una, ajukanlah grasi kepada Presiden , aku pasti akan tanda tangani. Aku tak ingin Una harus ditempat ini. ” Kata Soekarno kepada Rasuna Said ketika bertemu di penjara. Rasuna dengan tersenyum menjawab ” Bung sahabat saya”, Kita hanya berbeda sikap politik. Didalam hati kita akan selalu saling mendoakan dan kita akan selalu saling memaafkan. Saya tidak ingin bung lemah karena keadaan saya sekarang. Ini adalah proses takdir saya dan juga proses takdir Bung. Tidak ada yang bisa mengubahnya, kecuali Allah.” Demikian saya dengar cerita dari keluarga Rasuna.
Rasuna Said tetap menolak meminta grasi atas tuduhan ikut makar PRRI, karena dia merasa tidak berasalah dan itu semua karena fitnah PKI. Dia juga tidak mau membela diri dengan kembali mem fitnah PKI walau hubungan emosional persahabatannya dengan Soekarno sangat dekat. Rasuna ditahan oleh pemeritah Soekarno dari 1959 hingga 1965, ia meninggal dunia karena kanker darah di usia 55 tahun. Posisi Rasuna ketika itu masih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung RI dan dia tidak pernah diadili. Soekarno tetap menganugrahi pahlawan nasional untuk Andung HR. Rasuna Said.
Tahukah anda siapa itu Rasuna said ? Kalau kita kenal Soekarno sebagai orator ulung maka tandingannya hanyalah Rasuna Said. Hanya bedanya, Rasuna adalah seorang wanita. Bukan itu saja, kalau kemampuan menulis soal politik dan perjuangan kemerdekaan, maka Soekarno hanya bisa sandingkan dengan Rasuna Said. Ketika Soekarno di tangkap, di Bandung karena mendirikan PNI, di dalam kamar Soekarno ditemukan surat surat dari Rasuna Said. Ternyata dua orang pemuda pemudi ini tidak pernah bertemu namun lewat tulisan di koran mereka merasa punya visi yang sama untuk kemerdekaan indonesia. Maka jadilah mereka sahabat pena.
Karena itulah akhirnya Belanda menangkap Rasuna dan dibuang ke Semarang. Ketika itu usia nya 23 tahun. Ia baru bebas ketika Perang Dunia II pecah tahun 1939. Belanda mengakui bahwa kalau ada orang indonesia yang tak bisa di cuci otaknya ketika dalam tahanan selain Soekarno maka itu adalah Rasuna Said. Di zaman Jepang ia berada di Sumatera Barat sebagai pendukung Soekarno dalam politic cooperative dengan Jepang dan di zaman Republik pindah ke Jawa menjadi anggota Badan Pekerja KNIP, anggota BPUPKI, kemudian anggota Parlemen RI. Kemudian duduk sebagai menteri.
Rasuna bukan Insinyur, dia hanya wanita dan juga ibu rumah tangga, fasih bahasa Arab, Belanda, China dan inggeris. Ikut dalam team perundingan Meja Bundar di Denhag dan Roem and Royen. Dia Alumni Diniyah Putri Padang Panjang, dan bertemu Rahmah El Yunusiyyah, tokoh gerakan Thawalib. Sebuah gerakan yang dibangun kaum reformis Islam di Sumatera Barat saat itu. Banyak pemimpin gerakan ini dipengaruhi pemikiran nasionalis-Islam Turki, Mustafa Kemal Ataturk.
Dia kemudian mendalami agama pada Haji Rasul atau Dr H Abdul Karim Amrullah ( Ayah Hamka) . Dari keduanya, dia memetik pemahaman tentang pentingnya pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan berpikir. Pemikiran-pemikiran ini kemudian mempengaruhi pandangan Rasuna Said. Pada 1930, Rasuna Said juga menentang poligami yang saat itu tengah menjadi polemik di tanah Minang, akibat meningkatnya angka kawin cerai. Dia menganggap, poligami merupakan pelecehan terhadap kaum wanita.
Pejuang seperti inilah yang dianggap oleh sebagian umat Islam sekarang anti islam karena dia membela Pancasila dan NKRI. Dulu PKI hobinya fitnah kepada lawan politiknya terutama golongan islam yang berpikir bebas, namun di era sekarang ada sekelompok orang yang merasa pemegang kunci sorga namun kelakuannya menuduh orang Islam yang membela pancasila sebagai Islam sesat dan liberal. PKI telah lama musnah namun reinkarnasi dalam bentuk lain yang punya sifat sama dengan PKI muncul kembali, ciri cirinya anti pancasila dan tukang fitnah.