Ramadan Juga Terasa Berbeda Bagi Muslim di Athena
HIDAYATUNA.COM – Ramadan 2020 menjadi hal yang sangat berbeda yang dirasakan oleh masyarakat muslim di seluruh dunia. Hal tersebut juga dirasakan warga muslim di Athena, Ibu Kota Yunani.
Masyarakat Yunani mengikuti kegiatan peribadatan dan kajian-kajian melalui konverensi video, karena pandemi virus corona telah memaksa pemerintah untuk menutup semua tempat keagamaan di Yunani untuk menahan penyebaran virus.
“Masjid Baru Athena dan semua tempat keagamaan lainnya ditutup karena virus. Kita tidak bisa bertemu dan berdoa bersama,” kata Ashraf seorang warga muslim yang tiggal di Athena, dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (6/5/20).
Menurut Ashraf masjid-masjid Athena tetap menyelenggarakan ibadah shalat sepanjang bulan Ramadan, namun tanpa kehadiran masyarakat umum. Begitu juga dengan umat Kristen, mereka wajib melakukan hal yang sama.
Menjadi hal yang sangat berbeda bagi masyarakat muslim di kota tersebut dimana tidak ada lagi acara jalanan dan tidak ada bacaan massal Quran. Masyarakat tidak dapat bertemu di kedai kopi setelah berbuka puasa.
Padahal biasanya, berjalan-jalan di pusat kota Athena, khususnya di lingkungan Metaxourgio/Kolonos atau Psirri/Gazi, akan memberikan satu gambaran tentang bagaimana rasanya merayakan Ramadhan di kota Athena.
Toko-toko akan didekorasi dengan lentera tradisional atau ‘fanoos’ dalam bahasa Arab. Aroma dari makanan tradisional Arab yang dimasak akan begitu kuat dan orang dapat dengan mudah ngabuburit, selama beberapa detik dan mendapatkan kesan bahwa mereka berada di beberapa negara Arab meski tengah berada di Yunani.
“Anda berjalan di sekitar tempat-tempat itu selama waktu berbuka puasa, orang-orang akan memanggil Anda dan meminta Anda untuk bergabung dengan mereka,” kata Ashraf menggambarkan suasana Ramadan sebelumnya.
“(Sebelumnya) Selama berbuka puasa setiap tahun, kami memiliki begitu banyak orang di rumah kami, terutama hari-hari pertama dan terakhir Ramadhan,” katanya.
Ashraf, 45, telah tinggal di Yunani selama hampir 15 tahun. Anak-anaknya – laki-laki berusia 12 tahun dan perempuan 9 tahun – bersekolah di sekolah umum Yunani. Ashraf sendiri adalah seorang pelukis.
Sekitar 660.000 Muslim yang tinggal di Yunani akan menghabiskan bulan suci dengan cara yang sama. (AS/Hidayatuna.com)