Ramadan Dalam Lockdown, Negara-Negara Timur Tengah Mana Saja yang akan Melonggarkan Aturannya?
HIDAYATUNA.COM – Pada tahun ini, jutaan umat Muslim di Timur Tengah akan menjalani bulan Ramadan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan acara-acara komunal, kebudayaan, dan keagamaan sudah tidak bisa diadakan lagi karena terganggu oleh status lockdown dalam upayanya melawan pandemi COVID-19.
Sementara status lockdown dan langkah-langkah social distancing di banyak negara pun diperkirakan masih akan terus berjalan hingga Idul Fitri (akhir Mei), dapat dilihat bagaimana beberapa pemerintah di wilayah tersebut melonggarkan aturan pembatasannya selama bulan suci Ramadhan berlangsung.
Bahrain
Pada hari Rabu, kantor berita negara Bahrain, melaporkan bahwa kerajaan itu akan memperpanjang langkah-langkah pencegahan virus corona yang telah diterapkannya, mereka telah menambahkan sebanyak dua minggu lagi, dari tanggal 23 April (awal Ramadan) hingga tanggal 7 Mei.
Langkah-langkah itu termasuk penutupan semua akses bioskop, pusat olahraga, pusat kebugaran, dan salon, serta membatasi operasi restoran, yang saat ini hanya diperbolehkan untuk melayani delivery dan takeout saja.
Negara itu mengatakan bahwa walaupun mereka tetap akan memperbolehkan diadakannya sholat Tarawih di Masjid al-Fateh, sholat itu hanya akan melibatkan imam dan lima orang makmum saja.
Mesir
Mesir telah final untuk mengurangi jam pembatasan pergerakannya (curfew), yang diberlakukan untuk memerangi virus corona, sebanyak satu jam selama bulan Ramadan.
Pada sebuah konferensi pers yang disiarkan pada hari Kamis, Perdana Menteri Mesir, Mostafa Madbouly, mengatakan bahwa jam pembatasan pergerakan, yang sebelumnya dimulai pada jam 8 malam, sekarang akan dimulai pada jam 9 malam dan berjalan sampai jam 6 pagi.
Meskipun kegiatan komunal dan sholat berjamaah di masjid-masjid masih tetap dilarang, Madbouly mengatakan bahwa beberapa pembatasan lainnya akan dilonggarkan, seperti mengizinkan toko dan restoran untuk melayani delivery makanan.
Palestina
West Bank dan jalur Gaza, Palestina, sedang menjalani aturan lockdown yang berbeda saat Ramadan tiba.
Jalur Gaza yang dikelola oleh Hamas, sampai saat ini belum mencatat adanya laporan resmi tentang korban infeksi dari virus corona, dan oleh karena itu belum ada tindakan lockdown yang diterapkan untuk saat ini.
Dan di West Bank, meskipun Otoritas Palestina telah menyatakan adanya status darurat akibat COVID-19, status lockdown telah dilonggarkan agar memungkinkan beberapa sektor bisnis dapat melanjutkan operasinya secara parsial.
Dan untuk sekolah-sekolah, gedung pernikahan, restoran, dan masjid-masjid, akan tetap ditutup.
Di Yerusalem, menurut sang pengurus, masjid al-Aqsa akan tetap ditutup selama selama bulan Ramadan berlangsung pada tahun ini, ia menambahkan bahwa ini akan menjadi yang pertama kalinya sejak kelahiran Islam.
“Keputusan seperti itu adalah yang pertama dalam 1.400 tahun; ini sulit, dan menyakitkan hati kami,” kata Sheikh Omar Al-Kiswani, direktur dari Masjid Al-Aqsa.
Arab Saudi
Menurut laporan dari kantor berita SPA pada hari selasa kemarin, selama bulan Ramadan berlangsung, Arab Saudi berencana untuk mengurangi jam pembatasan pergerakan yang telah diberlakukannya di beberapa kota, hal ini mereka lakukan untuk memberi orang-orang lebih banyak waktu lagi untuk berbelanja kebutuhan-kebutuhan pentingnya, yang pastinya masih tetap dalam batas-batas lingkungan mereka.
Saat ini, orang-orang yang tinggal di daerah yang dimaksudkan itu sedang berada di bawah jam pembatasan pergerakan 24 jam, mereka hanya dapat pergi keluar rumah untuk mendapatkan perawatan kesehatan dan juga ke supermarket mulai 6 pagi hingga jam 3 sore saja.
Namun, selama Ramadan, jam-jam ini akan dimulai dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, kata SPA.
Turki
Turki telah mengumumkan status lockdown selama empat hari, yang dimulai dari tanggal 23 April hinggal 27 April, dan mencakup 30 provinsi terbesar di Turki.
Pasar dan toko-toko kelontong akan beroperasi dari jam 8 pagi hingga jam 11 malam pada tanggal 21 dan 22 April, dan kemudian dari jam 9 pagi hingga jam 2 siang pada tanggal 23 dan 24 April untuk awal Ramadan.
Negara ini juga telah mengambil langkah-langkah untuk memulangkan warganya yang masih terjebak di luar negeri menjelang bulan suci ini.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Kementerian Luar Negeri Turki, telah mengatakan bahwa mereka akan memulangkan kembali hampir 25.000 warganya yang masih terjebak di 59 negara sebelum dimulainya Ramadan tahun ini.
Pada hari Kamis, 349 warga negaranya telah berhasil dipulangkan dari Kanada, dan 249 lainnya dari Oman, yang semuanya langsung dimasukkan ke karantina saat mereka tiba Turki.
Uni Emirat Arab (UEA)
Untuk bulan Ramadan, UEA sedang berupaya untuk mengurangi beberapa aturan pembatasan lockdown yang telah diterapkannya demi menekan penyebaran COVID-19.
Pada hari Kamis, menurut kantor berita WAM, negara itu telah mengatakan bahwa mereka telah memotong jam pembatasan pergerakan nasionalnya sebanyak dua jam, yang akhirnya akan berjalan dari jam 10 malam hingga jam 6 pagi setiap harinya selama bulan Ramadan.
Sebelumnya, jam pembatasan pergerakan di UEA berjalan dari jam 8 malam hingga jam 6 pagi setiap hari. Masih belum jelas apakah pengumuman baru ini juga berlaku untuk Dubai, yang telah berada di bawah status lockdown selama 24 jam di setiap harinya.
Menurut laporan orang-orang lokal setempat, para pejabat di Dubai telah mengatakan bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk membuka kembali mall-mall disana, tapi tetap dengan diberlakukannya ‘langkah-langkah dan tindakan pencegahan yang diperlukan’.
Selama Ramadan berlangsung, Dubai juga dilaporkan telah mengizinkan adanya pertemuan sosial, yang dibatasi hingga maksimal 10 orang, itu pun selama mereka masih tetap mengikuti aturan social distancing. (Middleeasteye.net)