Rahasia Para Ulama Sukses dalam Menjaga Lisan

 Rahasia Para Ulama Sukses dalam Menjaga Lisan

Rahasia Para Ulama Sukses dalam Menjaga Lisan

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Lisan merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia. Oleh karenanya manusia harus mampu menjaga lisan dan menggunakannya dengan baik.

Melalui lisan manusia dapat dengan mudah mendapatkan pundi-pundi pahala serta melalui lisan pula manusia dapat dengan mudah mendapatkan dosa kecil maupun besar.

Manusia dapat dibedakan antara yang beriman dengan yang kufur melalui lisannya, yakni jika lisannya mengucapkan kalimat syahadat maka orang tersebut dapat diakui keimanannya.

Namun sebaliknya jika lisannya enggan untuk mengucapkan kalimat syahadat maka ia tetap dalam keadaan kufur.

Bahkan menurut para ulama kesalahan yang dilakuhkan oleh lisan dapat mendatangkan mudarat yang begitu besar dibanding dengan kesalahan yang dilakukan oleh anggota tubuh lainnya.

Syaikh Abu Bakar bin Kholaf Al-Lakhomi berkata dalam syairnya yang dinukil oleh Syaikh Al-Zarnuji dalam kitabnya Ta’limul Muta’alim.

يَمُوْتُ الْفَتَى مِنْ عَثْرَةٍ مِنْ لِسَانِهِ ۝ وَلَيْسَ يَمُوْتُ الْمَرْءُ مِنْ عَثْرَةِ الْرِّجْلِ

Artinya: ”Seorang pemuda bisa mati karena terpeleset lisannya, ia tidak mati jika hanya terpeleset kakinya.”

Dari syair diatas kita dapat mengambil sebuah pelajaran bahwa kesalahan lisan dapat mendatangkan musibah yang begitu besar.

Karena aktivitas yang dilakukan lisan manusia mudah sekali mencelakai orang lain, seperti mengumpat, menggunjing, mengadu domba, berbohong, menghina, mengfitnah, membicarakan aib orang lain, meremehkan, mencela dan lain sebagainya.

Pernyataan tersebut dipertegas dengan sabda Nabi Muhammad Saw yakni:

اِنَّ اَكْثَرَ خَطَايَا ابْنِ أَدَمَ فِيْ لِسَانِهِ

Artinya: ”Sesungguhnya kesalahan anak cucu adam kebanyakan pada lisannya.”

Pada dasarnya lisan memiliki manfaat yang sangat besar jika manusia mampu untuk menjaga lisannya. Namun, bahanyanya pun juga jauh lebih besar.

Lisan lebih tajam daripada sebilah pedang’, begitulah adagium yang cukup masyhur ditelinga kita. Mengapa demikian?

Coba kita renungkan, goresan luka akibat benda tajam atau goresan luka akibat terpeleset kakinya ia dapat sembuh dengan cukup cepat.

Hal tersebut berbeda dengan goresan luka dalam hati manusia yang dilakuhkan oleh lisan, maka akan sulit untuk dihilangkan.

Oleh karena itu manusia wajib menjaga lisannya pada saat bertutur kata. Karena jika manusia tidak mampu menjaga lisannya dengan bingkai syariat, maka akibatnya sangat fatal ironisnya akibat fatal tersebut tidak hanya dirasakan olehnya saja melainkan, orang lain juga akan merasakan akibatnya.

Terdapat beberapa langkah demi menyingkap rahasia para ulama sukses dalam menjaga lisan yakni sebagai berikut.

Pertama, tentukan alasan berbicara. Hendaknya bagi setiap manusia merenungkan terlebih dahulu tentang alasannya untuk berbicara.

Karena hanya dengan menentukan alasan berbicara ia akan dapat mengetahui penting atau tidaknya ia berkata serta ia akan lebih mudah memperhitungkan seberapa besar dampak dari ucapannya tersebut.

Kedua, tentukan cara berbicara. Manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dengan demikian cara berkomunikasi pun juga berbeda beda.

Oleh karena itu manusia wajib mengetahui terlebih dahulu dengan siapa ia berbicara sehingga ia dapat mementukan cara yang tepat untuk berbicara dengannya.

Ketiga, tentukan waktu untuk berbicara. Pada dasarnya semua sudah memiliki waktu sendiri-sendiri dengan demikian menusia harus mengetahui dan harus mampu menentukan kapan waktu yang tepat untuk berbicara serta kapan waktu yang tepat untuk diam. Karena berbicara pada waktu yang tidak tepat adalah sebuah kesalahan.

Keempat, tentukan tema apa saja yang akan dibicarakan. Dengan menentukan tema apa saja yang akan ia bicarakan, maka ia akan dengan mudah menghindari perkataan-perkataan yang sekiranya tidak perlu di bicarakan serta tidak jelas tujuannya.

Kelima, tentukan tempat yang tepat untuk berbicara. Berbicara pada tempat yang tidak tepat juga dinilai sebagai sebuah kesalah.

Sebagai contoh menasehati orang lain ditempat umum, meskipun nasehat tersebut baik, namun hal tersebut dapat membuat orang yang dinasihati merasa dipermalukan. Imam Syafi’I berkata;

مَنْ وَعَظَ أَخَاهُ سِرٍّا فَقَدْ نَصَحَهُ وَزَانَهُ وَمَنْ وَعَظَهُ عَلَانِيَةً فَقَدْ فَضَحَهُ وَشَنَهُ

Artinya:

”Barang siapa menasihati saudaranya secara tertutup, maka ia benar-benar menasehatinya dan menjaga nama baiknya, dan barang siapa yang menasehati saudaranya secara terbuka, maka ia telah merusaknya dan menghancurkan harga dirinya.”

Demikianlah rahasia para ulama sukses dalam menjaga lisannya. Dengan mengetahui langkah-langkah diatas kita akan dengan mudah untuk mengendalikan lisan dan menentukan kualitas perkataan lisan demi menjaga kerukunan antar umat manusia.

Fuad Efandi

Pengajar di Pon-Pes Al-Ishlah Mataram Baru dan belajar di STAI Darussalam Lampung. Dapat disapa melalui Facebook Kang Efandi.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *