Rahasia Para Ulama dalam Belajar Agama
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kita semua tahu bahwa ulama-ulama terdahulu memiliki kemampuan intelektual yang sangat mumpuni. Apa rahasia ulama dalam belajar agama sehingga bisa memiliki kemampuan yang hebat?
Sebagai contoh Abu Hamid Mumammad bin Muhammad Al-Ghazali. Ulama terkenal yang kerap di sapa Al-Ghazali tersebut menguasai berbagai ilmu agama yang sempurna, seperti tafsir quran, ilmu kalam, ushul fikih, tasawuf, mantiq dan lain-lain.
Bahkan di usia yang masih terbilang muda, yakni 34 tahun, beliau sudah dipercaya oleh Nizamul Mulk dari pemerintah Dinasti Saljuk untuk menjadi rektor di Universitas Nidzamiyah.
Kita akan takjub ketika mengetahui bahwa Imam Ashmu’i yang mampu menyimpan 16.000 sya’ir dalam ingatan, Imam Ibnul Anbari mampu menghafal seribu kuras kitab dalam satu minggu dan yang tidak kalah mengesankan lagi adalah Ibnu Sina (Avicenna) yang mampu menghafal Al-Quran dalam waktu satu malam
Lantas yang menjadi pertanyaan adalah, apa sebenarnya rahasia ulama dalam belajar agama? Padahal jika jika kita amati, waktu yang digunakan oleh beliau sama dengan waktu yang kita gunakan di dunia, yakni satu hari 24 jam, satu bulan empat minggu, dan satu tahun 12 bulan.
Jika kita mengatakan bahwa itu faktor keturunan, maka kita salah besar. Coba lihat biografi Imam Al-Ghazali, beliau bukan anak seorang ulama juga bukan anak orang kaya, beliau hanya anak seorang pengrajin tenun.
Jika kita mengatakan lagi bahwa itu faktor IQ, kita akan merasa malu, jika melihat kisah perjalanan mencari ilmu si anak batu, yakni Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Ia terlahir memiliki kebodohan sejak kecil, namun menjadi murid yang paling cerdas diantara teman-temannya dan menjadi ulama tersohor hingga sekarang.
Jika kita mengatakan lagi bahwa itu faktor takdir, pendapat yang demikian adalah pendapat yang salah besar.
Karena jika kita merasa bahwa bodoh kita adalah takdir yang dibuat oleh Allah swt, maka untuk apa para ulama-ulama terdahulu bersusah payah, menghafal, menulis dan mengkaji.
Ironisnya secara tidak sadar kita telah menyalahkan Allah swt. Lantas apa rahasia para ulama dalam belajar agama sehingga beliau berhasil? Berikut rahasia para ulama dalam belajar agama.
Pertama adalah niat. Niat merupakan seseuatu yang sangat penting dalam melakukan sesuatu.
Tanpa adanya niat, aktivitas yang dinilai ibadah tidak bernilai ibadah. Namun sebaliknya jika dengan adanya niat aktivitas biasa dapat bernilai seperti ibadah.
Oleh karena itu Islam menempatkan niat pada posisi teratas. Nabi Muhammad Saw bersabda :
انما الأعمال بالنيات
Artinya:
”Keabsahan sebuah amal hanya bergantung pada niat”
Para ulama terdahulu berhasil dalam belajar disebabkan karena niatnya yang kuat, semakin kuat niat seseorang, maka semakin besar pula peluang mendapatkan apa yang ia inginkan.
Pepatah Inggris mengatakan as you sow, so wiil yaou reep yang berarti apapun yang kita usahakan dengan sungguh-sungguh, maka itulah yang akan kita petik di kemudian hari.
Imam Ibnu Abbas sang ahli tafsir terkemuka dari kalangan sahabat berkata :
أن ما يفهم الناس بقدر نيتهم
Artinya
”Tingkat kefahaman seseorang sebanding dengan niatnya.”
Kedua, fokus pada satu ilmu. Sistem inilah yang diterapkan pada masa itu, dan dinilai sangat efektif, berbeda dengan apa yang terjadi sekarang.
Jika kita mau membaca dan memahami biografi ulama-ulama, maka kita akan dapat melihat, bahwa para ulama dapat menguasai berbagai bidang ilmu tersebut bukan karena ia mempelajari semuanya secara langsung.
Melainkan satu persatu. Sebagai contoh Imam Syafi’i. Tahap pertama ia fokus belajar Al-Quran, Imam Syafi’i hafal Al-Quran pada saat usianya menginjak tujuh tahun.
Setelah beliau selesai belajar Al-Quran, ia melanjutkan ke tahap yang kedua, yakni belajar hadis dan qiraat Al-Quran selama kurang lebih selama tiga tahun.
Setelah usianya sudah mencapai sepuluh tahun ia lantas mempelajari ilmu fikih kepada Imam Malik. Sehingga beliau hafal bertul seluruh isi kitab Al-Muwattha.
Semakin ia fokus terhadap satu bidang ilmu terlebih dahulu, maka semakin besar pula peluang mendapatkan kefahaman dalam bidang ilmu tersebut.
Mengapa demikian? Karena seluruh kemampuan terpusat pada satu objek. Sayyid Alwi Al-Saqof berkata ;
اذا أردت أن تكون عالما فاقتصر على علم
Artinya:
”Jika kau berkeinginan menjadi orang alim, maka menetaplah pada satu bidang ilmu terlebih dahulu.”
Ketiga, fokus pada satu bab sebelum kita beranjak pada bab-bab selanjutnya. Hendaknya kita fokus terlebih dahulu terhadap satu bab.
Setelah dirasa faham, maka kita boleh berpindah ke bab selanjutnya. Beri tanda apapun itu yang dapat kita gunakan untuk mengetahui bahwa bab tersebut sudah kita pahami.
Keempat, dahulukan ilmu alat. Ilmu alat adalah sebuah alat untuk memahami kitab tersebut, yakni ilmu bahasa.
Dapat dikatakan mustahil, jika seseorang memahami seluruh isi buku tanpa memahami bahasa yang digunakan dalam buku tersebut.
Sebagai contoh, kita yang tidak pernah belajar baha Inggris, kemudian dihadapkan dengan buku yang ber bahasa Inggris, maka mustahil ia dapat memahaminya.
Semakin dalam ilmu alat yang ia kuasai, akan semakin dalam pula pengetahuan yang akan ia raih. Imam Kholil bin Ahmad berkata dalam sya’irnya :
تعلم بعلم واحد تهتدي به ◌ الى سائر العلوم فاحفظ مقالتي
Artinya
”Belajarlah satu ilmu, yakni ilmu bahasa, karena dengannya kamu akan dapat pencerahan untuk menggapai semua ilmu, ingatlah perkataanku ini.”
Begitulah rahasia para ulama dalam belajar agama. Mereka berhasil bukan karena keturunan atau suratan takdir yang sudah Allah gariskan.
Melainkan ketekunan, terstruktur, dan sangat teratur dalam belajar, atas usaha dan kerja kerasnya, sehingga Allah swt memberikan ilmu-ilmunya.