Pujian Untuk Perantau dari Imam Syafi’i
HIDAYATUNA.COM – Bagi seorang perantau, pergi jauh dari orangtua dan kampung halaman untuk mencari ilmu dan pengalaman adalah hal yang luar biasa. Bagaimana tidak, bila setiap hari dipenuhi dengan perjuangan dan kerinduan, begitu pula yang dirasakan santri maupun perantau umum lainnya.
Bahkan sang peletak dasar mazhab fikih Syafii, salah satu dari empat mazhab yang dianut kalangan ahlus sunnah wa al-jama’ah (Aswaja), Imam Syafi’i pun memberikan pujian untuk seorang perantau. Sebagaimana diketahui, Imam Syafi’i merupakan salah satu ulama kelahiran Palestina yang memiliki peran penting dalam sejarah pemikiran Islam.
Imam Syafi’i dilahirkan di Ghaza pada pada 150 Hijriyah dan meninggal dunia di Fusthat, Mesir, pada 204 Hijriyah atau 819 Masehi. Dia seorang sastrawan dan penyair.
Telah banyak karyanya yang dijadikan buku. Setiap syair-syair atau kata-kata Imam Syafii selalu mempunyai makna bijak yang bisa menjadi diteladani umat Islam.
Mengutip salah satu syair pujian Imam Syafi’i tentang merantau yang ditulis dalam buku berjudul Mahfudzhat dan disusun oleh tim Rene Islam. Berikut syair Imam Syafi’i yang ditulisnya dalam bahasa Arab dikutip dari Republika.co.id.
Syair Pujian Imam Syafi’i kepada Perantau
ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ
مِن راحَةٍ فَدَعِ الأَوطانَ وَاِغتَرِبِ
سافِر تَجِد عِوَضاً عَمَّن تُفارِقُهُ
وَاِنصَب فَإِنَّ لَذيذَ العَيشِ في النَصَبِ
إِنّي رَأَيتُ وُقوفَ الماءِ يُفسِدُهُ
إِن ساحَ طابَ وَإِن لَم يَجرِ لَم يَطِبِ
وَالأُسدُ لَولا فِراقُ الأَرضِ مااِفتَرَسَت
وَالسَهمُ لَولا فِراقُ القَوسِ لَم يُصِبِ
وَالشَمسُ لَو وَقَفَت في الفُلكِ دائِمَةً
لَمَلَّها الناسُ مِن عُجمٍ وَمِن عَرَبِ
وَالتِبرُ كَالتُربِ مُلقىً في أَماكِنِهِ
وَالعودُ في أَرضِهِ نَوعٌ مِنَ الحَطَبِ
Terjemahan :
Tiada kata santai bagi orang yang berakal dan beradab
Maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah
Bepergianlah, kau akan mendapat ganti orang yang kau tinggalkan
Berusahalah, karena nikmatnya hidup ada dalam usaha
Sungguh, aku melihat air yang tidak mengalir pasti kotor
Air akan bersih jika mengalir, dan akan kotor jika menggenang
Kalau tidak keluar dari sarangnya, singa tak akan mendapatkan mangsa
Kalau tidak meleset dari busurnya, anak panah tak akan mengenai sasaran
Matahari kalau berada di porosnya selamanya
Niscaya semua orang, baik Arab maupun non-Arab pasti bosan
Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya
Kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah