Puisi Cinta Tanah Air Versi ‘Buayawan’
HIDAYATUNA.COM – Awal menjadi teroris adalah memusuhi negerinya dan meneriakkan kafir pada bangsanya sendiri. Saya diminta menjawab tuduhan itu berdasarkan dalil Qur’an dan Sunnah bersama para khatib di Lamongan.
Saya sampaikan doa Nabi Muhammad tentang cinta Mekah dan Madinah:
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ (رواه البخارى)
“Ya Allah, jadikan kami cinta Madinah, sebagaimana cinta kami kepada Makkah, atau melebihi Makkah.” (HR. al-Bukhari)
Lihatlah di hadis tersebut, di manapun Rasulullah menjalani kehidupan selalu mencintai negerinya.
Saya mengutip puisi Kiai Zawawi Imron dalam bentuk narasi,
“Kita ini sejak lahir sudah menghirup udara Indonesia hingga nyawa kita bernafas. Air yang ada di negeri ini yang kita minum hingga menjadi darah dalam tubuh kita. Buah, sayur, daging dan beras yang kita makan menjadi daging dalam tubuh kita. Di tanah Indonesia ini kita bersujud kepada Allah hingga menjadi sajadah. Suatu saat kita akan kembali dalam selimut dalam tanah Indonesia.”
Saya sampaikan kepada Kiai Zawawi, “Maaf Kiai, kalau puisi saya tidak indah seperti panjenengan. Sebab saya bukan Budayawan.”
Dengan singkat beliau menjawab “Buayawan”. Hadirin tertawa.
Saya membela diri: “Yang penting bukan buaya darat, Kiai.” []