Puasa: Jangan Mengemis untuk Dihormati

 Puasa: Jangan Mengemis untuk Dihormati

Nasehat Sufi Ibrahim bin Adham kepada Ahli Maksiat (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Bukan menjadi hal yang asing lagi terdengar di telinga saat bulan puasa tiba terdapat seruan yang mengatakan “hormatilah orang yang berpuasa”. Seruan tersebut seolah-olah mengajak untuk bertoleransi.

Saat bulan Ramadan, setiap muslim memang diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa bagi yang mampu. Di mana mereka harus menahan untuk tidak makan, minum, berbuat buruk, dan hal dilarang lainnya.

Aturan itu berlaku mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Di momen tersebut, ada juga saudara-saudara kita yang tidak menjalankan ibadah puasa.

Mereka bisa makan dan minum kapan saja tanpa ada larangan sama sekali. Namun selama bulan puasa, tidak jarang justru muncul tuntutan agar menghormati orang-orang muslim yang sedang berpuasa.

Baik jika ada yang menghormati orang sedang berpuasa dengan tidak makan di depannya secara langsung. Tetapi tidak akan baik jika sebagai umat muslim malah meminta untuk dihormati saat sedang menjalankan ibadah puasa.

Puasa Itu untuk Ibadah, Bukan untuk Dihormati

Diperintahkannya untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan tentu memiliki tujuan yang jelas, yakni agar umat muslim semakin bertakwa kepada Allah SWT. Hal ini pun sudah jelas tertera dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Melalui ayat tersebut begitu jelas menyebutkan bahwa menjalankan ibadah puasa adalah agar kita bisa bertakwa kepada Allah SWT. dan bukanlah untuk dihormati oleh orang lain.

Tentunya sejak awal menjalankannya, niat kita sudah benar-benar lurus untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. Tidak ada harapan kita yang nantinya harus dilakukan orang lain terhadap puasa kita.

Apalagi sampai menuntut orang lain untuk menghormati ibadah yang sedang kita jalankan. Bahkan dari ibadah di bulan Ramadan tersebut, Allah SWT. juga sudah menjanjikan hal yang sangat istimewa untuk umatnya melalui sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Barangsiapa melakukan qiyam Ramadan (salat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Muslim Terhormat dengan Menghormati Orang yang Tidak Puasa

Sebagaimana dilansir dalam fajar.co.id melalui unggahan Jaringan Gusdurian di Twiitter menceritakan tentang sosok Gus Dur. Beliau pernah ditanya terkait dengan perizinan untuk sweeping warung makan saat Ramadan.

Gus, besok puasa. Izin kami mau sweeping warung makan yang masih buka demi menghormati yang berpuasa,” tanya seorang murid pada Gus Dur.

Hmm.. Tidak perlu. Jika kita muslim terhormat, maka kita akan berpuasa dengan menghormati orang yang tidak berpuasa,” jawab Gus Dur dengan gaya yang santai.

Inilah bentuk sikap seorang Gus Dur yang selain religius. Beliau juga menjunjung tinggi makna toleransi beragama dengan memberikan pemahaman yang sangat mudah, santai, dan bisa mengajak umat muslim untuk menjalankan ibadah tanpa harus memikirkan pengakuan maupun penghormatan dari orang lain.

Puasa Momennya untuk Belajar Menghormati Orang Lain

Di bulan Ramadan ini janganlah kita memberikan waktu untuk memikirkan tentang orang lain yang harus menghormati puasa kita. Tetapi di momen inilah bagi kita umat muslim untuk belajar menghormati orang lain, terutama orang yang tidak berpuasa.

Hal inilah yang pernah disampaikan oleh penceramah kondang, Cak Nun sebagaimana dikutip melalui Suara.com.

Bulan puasa kok, hormatilah orang yang berpuasa, gunane wong puoso iku den koe sinau ngormati wong. Ora njalok dihormati wong (gunanya orang yang berpuasa itu agar kamu bisa menghormati orang lain, tidak meminta penghormatan orang),” tegas Cak Nun.

Jadi, mulai sekarang berhentilah untuk marah maupun memprotes orang-orang yang kamu anggap tidak menghormati orang yang sedang berpuasa karena mereka makan dan minum. Ini adalah ibadahmu yang harus kamu jalankan dan urusanmu adalah dengan Allah SWT.

Sebab, di bulan puasa kita diharuskan untuk tidak hanya menahan makan dan minum saja, tetapi juga menahan nafsu, berbuat buruk, dan amarah. Sehingga inilah momen yang tepat untuk belajar mengendalikan diri dan menghormati orang lain

Widya Resti Oktaviana

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *