Puasa itu Menyakitkan Tapi Ternyata Menguatkan Lho! Ini Alasannya
HIDAYATUNA.COM – Beberapa kali terdengar keluhan orang yang berpuasa. Salah satunya beratnya pekerjaan apabila dilakukan saat bulan puasa.
Rasa haus dan lapar menyebabkan emosi yang tak terkendali. Jadinya berpuasa hanyalah menjadi beban bagi orang yang tak mendalami rahasia di balik kewajiban Tuhan ini.
Berpuasa bukan sekadar menahan haus dan lapar, namun lebih dari itu. Puasa mengajarkan kepada manusia tentang berbagai hal, seperti menahan amarah, menahan syahwat. Juga menahan diri untuk tidak berkata yang menyakiti, dan menahan dari segala hal yang diperbolehkan apabila sedang tidak berpuasa.
Memasuki bulan Ramadan seperti sekarang ini menjadi momen penting bagi umat Islam untuk memaksimalkan pendekatan kepada Tuhan. Puasa bukan sekedar kewajiban normatif semata, namun juga mengandung makna filosofis yang bisa membuat kita semakin mantab menjalankannya.
Banyak rahasia puasa yang mungkin masih belum dipahami sehingga dalam menjalankan puasa, kita masih sering terbebani dengan larangan-larangan jasmaniah. Padahal jika mengetahui hakikat puasa yang sebenarnya, kita bisa merasakan nikmatnya iman dalam ketaatan.
Puasa adalah Benteng
Dibanding dengan ibadah lainnya, puasa merupakan ibadah yang paling istimewa. Sebab puasa merupakan ibadah yang hanya pelaku dan Tuhannya yang mengetahui. Berbeda dengan salat yang terlihat jelas amaliahnya, sementara puasa tidak bisa dilihat oleh siapapun.
Puasa juga bisa menjadi pelindung seseorang terhadap godaan nafsu di dalam dirinya. Puasa menjadi sarana untuk melenyapkan dimensi setan di dalam diri manusia.
Artinya, saat berpuasa kita secara terang-terangan menantang sifat-sifat setan dalam diri kita. Bahkan dengan menjalani puasa, seseorang memiliki benteng atau perisai yang menjaga dirinya dari hawa nafsu yang menyesatkan.
Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda yang artinya, “Puasa adalah benteng.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Di saat berpuasa, kita berusaha menutup diri kita dari hal-hal yang buruk, seperti berkata keji, mencerca orang lain, berkata kasar dan menyakiti orang lain. Kesemuanya hanya akan membawa kita ke dalam siksa neraka yang amat pedih.
Maka dari itu dengan berpuasa, kita bisa mencegah diri kita untuk tidak melakukan dan mengucapkan keburukan-keburukan tersebut.
Menyakiti Tapi Menguatkan
Di balik puasa ada logika yang perlu dipahami bersama, yakni menyakiti tapi menguatkan. Jika ditanya dari hati yang terdalam, pasti tidak ada orang yang suka berpuasa. Namun dengan hakikat dan manfaat yang luar biasa, tentu membuat kita berpikir ulang bahwa puasa adalah ibadah yang tak tertandingi nilai beserta manfaatnya.
Berpuasa membuat orang merasakan haus dan lapar, artinya ibadah ini sebenarnya menyakiti diri sendiri. Padahal tubuh memerlukan makanan dan minuman untuk menjalankan prosesnya. Namun tujuan dari berpuasa adalah menghasilkan tubuh yang lebih sehat dan kuat.
Kita ambil contoh seorang calon anggota polisi, ia berusaha keras menyehatkan tubuhnya dengan cara olahraga setiap hari. Olahraga tentu bukan hal yang mudah, badan menjadi pegal-pegal, nyeri sendi, tulang terasa dihantam. Akan tetapi pada akhirnya ia bisa mendapatkan tubuh yang sempurna dan sehat.
Sama halnya dengan puasa, sedikit sakit namun menguatkan. Berlapar-lapar sebentar, namun menyehatkan pada akhirnya.
Pada saat seseorang berpuasa, sesungguhnya tubuhnya sedang menjalankan proses detoksifikasi atau pembuangan racun-racun yang tidak diperlukan secara optimal bagi tubuh.
Puasa sebagai Detok Tubuh
Selama satu bulan penuh berpuasa, maka detoksifikasi racun dari dalam tubuh ini berlangsung maksimal. Alhasil tubuh menjadi lebih segar dan bugar.
Sistem kekebalan tubuh pun menjadi semakin kuat. Sel-sel dalam organ tubuh kita melakukan proses pembaharuan sel dengan sangat tepat.
Selain detoks racun, berpuasa juga berfungsi mendetoksifikasi dimensi nafsu setan dalam diri sehingga akan diperoleh kesehatan mental yang lebih baik. Hal ini lantaran berbagai sifat iri, dengki, dan dendam telah berhasil kita endapkan.
Dengan demikian, puasa di bulan Ramadan mampu melepaskan diri dari belenggu materi. Puasa akan memberikan jalan kepada kita untuk penjernihan jiwa sehingga mampu menangkap pantulan cahaya Tuhan yang berupa ilmu dan pengetahuan.
Marhaban ya Ramadan!