PTKI Dinilai Katalisator Antara Islam dan Negara
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kemenag, Suwendi menilai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) memiliki peran besar dalam membangun relasi antara Islam dan negara.
“Peran penting yang tidak dapat dipisahkan dari PTKI adalah menjadi katalisator sekaligus dinamisator yang mampu merawat dan menjalin hubungan harmonis antara Islam dan negara dalam konteks keindonesiaan,” ungkap Suwendi dilansir dari laman resmi Kemenag, Jumat (5/6/2020) .
Relasi Islam dan demokrasi di Indonesia, lanjut Suwendi dapat berjalan dengan apik, saling mengisi dan mutualistik. Peran sosial yang amat dahsyat ini hampir diakui oleh semua kalangan bahwa PTKI merupakan garda terdepan dalam membangun demokrasi di Indonesia.
“Kehidupan berdemokrasi di tengah-tengah keragaman keindonesiaan, yang tidak hanya pada aspek wilayah, suku, dan sosial budaya, tetapi juga keragaman pada kehidupan keagamaan yang demikian plural, mampu dibangun dengan penuh cinta damai dalam bingkai kesadaran keindonesiaan berdasarkan Pancasila,” sambungnya.
Tentu, peran ini menjadi kontribusi PTKI yang tak ternilai yang sekaligus menjadi tantangan tersendiri agar PTKI tetap konsisten dan tidak terkontaminasi dengan ideologi dan gerakan-gerakan yang mengaburkan relasi agama dan negara yang telah lama dibangun oleh bangsa ini.
Diakui, belakangan telah terjadi polarisasi di sebagian masyarakat yang tetap kokoh dengan ideologi keagamaan yang produktif terhadap ideologi kebangsaan, di satu sisi, dan munculnya sebagian kelompok masyarakat yang mempertentangkan ideologi kebangsaan berdasarkan faham keagamaan, di sisi lain.
“Polarisasi ini semakin menguat terutama dengan menyeret-nyeret paham keagamaan demi kepentingan politik-praktis, terutama saat hajat Pilkada atau Pemilu berlangsung. Walhasil, politisasi agama dan keagamaan yang politis semakin menguat,” jelasnya.
Polarisasi dan politisasi agama ini, menurut Suwendi, jika dibiarkan akan berdampak destruktif bagi kelangsungan kehidupan berbangsa.