PSP Ajak Para Pengelola Media Cegah Bahaya Paham Radikalisme
HIDAYATUNA.COM, Bogor – Pusat Studi Pesantren (PSP), dalam ikhtiarnya, mengajak para pengelola media pesantren bersinergi dan merapatkan barisan sekaligus menyebarkan Islam rahmatan lil alamin dan khazanah-khazanah yang dimiliki pesantren untuk memanfaatkan sumber informasi, pembelajaran, serta alat penyebaran pesan keagamaan.
Selanjutnya, bagi pendiri PSP yang juga menamatkan studinya pada program Sastra Rusia, Achmad Ubaidillah, pada saat membuka kegiatan Temu Penggerak Media Pesantren (TPMP) dengan tema “Jihad Menangkal Radikalisme dan Terorisme” menjelaskan bahwa pertemuan penting dilakukan guna membentuk suatu sindikasi penggerak media pesantren sehingga tersimpul jejaringnya.
TPMP digelar di Hotel Cikopo, Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/9/2019) sampai pada Minggu (29/9/2919) hari ini yang dihadiri oleh lebih dari 20 pesantren dari Jawa Barat, Jakarta, Banten, dan Yogyakarta. Beberapa narasumber yang hadir yakni pengamat media sosial, Savic Ali; Redaktur Keislaman NU Online, Mahbib Khoiron, Sinematografi Harinugroho; dan analis website, Ubaidillah.
Berbagai materi juga disajikan seperti Peta Media Islam di Indonesia, Khazanah Konten Keislaman, Manajemen dan Branding Media, serta Konten Video.
“Forum pertemuan penggerak media ini baik dalam penguatan dan membuat sindikasi bagi kita semua,” katanya.
Sementara bagi Direktur Iqra.id ini tidak ingin pertemuan yang dibuat oleh lembaganya itu hanya berakhir begitu saja dan cepat berlalu. Pertemuan semacam ini seharusnya menjadi momen untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman pengelolaan media pesantren masing-masing demi kebaikan bersama ke depannya.
“Saat ini bukan lagi era kompetisi tapi hari ini dunia sudah masuk pada era kolaborasi, sehingga butuh kerja sama satu dengan yang lainnya. Mari kita tuangkan semangat kolaborasi ini,” pintanya.
Ia meyakini bahwa setiap pesantren memiliki potensi besar yang harus dikelola dengan baik dengan kolaborasi. Setidaknya setiap pesantren mempunyai kiai yang mumpuni dan memiliki otoritas tinggi dalam berbicara keagamaan.
Tetapi, di sisi lain, para kiai ini tak muncul sebagai sebuah patron dalam keagamaan mengingat intensitas kehadirannya di dunia digital kalah ketimbang penceramah yang lebih banyak muncul di jagat maya.
Jadi, melalui forum-forum demikian, ia berharap betul pesantren dengan pergerakannya masing-masing dapat lebih banyak hadir di dunia digital sehingga dakwah Islam moderat dalam rangka menangkal gerakan ekstremisme yang masih marak ini dapat berjalan maksimal.