Protes Larangan Hijab Makin Intensif, Sekolah di India Ditutup

 Protes Larangan Hijab Makin Intensif, Sekolah di India Ditutup

Guru Muslim di India Ajukan Banding ke Mahkamah Agung atas Putusan Larangan Madrasah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Teheran – Islamofobia terkait larangan penggunaan hijab bagi siswa Muslim di India membuat beberapa sekolah harus ditutup selama 3 hari. Lantaran protes yang makin intensif hingga menyerbu sekolah-sekolah dan universitas di India.

Larangan hijab ini pun menimbulkan ketakutan kalangan komunitas minoritas di negara Karnataka. Mereka khawatir akan peningkatan penganiayaan di bawah pemerintahan nasionalis Hindu dengan Perdana Menteri Narendra Modi.

Dalam aksi protes yang dilakukan pada hari Selasa (8/2/2021), petugas menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan di satu kampus yang dikelola pemerintah. Sementara kehadiran polisi, banyak terlihat di sekolah-sekolah di kota-kota terdekat.

Untuk menetralkan situasi tersebut, Ketua Menteri Basavaraj Bommai pun mengumumkan penutupan sekolah selama 3 hari. Ia juga mengimbau kepada seluruh siswa, guru dan manajemen sekolah maupun universitas untuk ikut menjaga perdamaian dan kerukunan.

“Saya menghimbau kepada seluruh siswa, guru dan manajemen sekolah dan perguruan tinggi untuk menjaga perdamaian dan kerukunan,” katanya.

Konflik di Balik Larangan Hijab

Islamofobia mencuat setelah bulan lalu pihak sekolah-sekolah mengumumkan untuk tidak mengenakan jilbab. Sebuah dekrit yang segera menyebar ke lembaga pendidikan lain di negara bagian itu.

Menyusul kebijakan tersebut, perselisihan dan bullying pun terjadi di kampus-kampus. Mahasiswa Muslim mengutuk larangan tersebut, dan mahasiswa Hindu mengatakan teman sekelas mereka yang berhijab telah mengganggu pendidikan mereka.

Ayesha, seorang siswa remaja di Mahatma Gandhi Memorial College di kota pesisir Udupi menjadi salah satu dari korban atas konflik tersebut. Ia mengatakan, seorang guru bahkan telah menolaknya dari ujian kimia karena mengenakan hijab.

“Tiba-tiba mereka mengatakan Anda tidak seharusnya memakai jilbab. Mengapa mereka mulai sekarang?” katanya.

“Kami tidak menentang agama apa pun. Kami tidak memprotes siapa pun. Ini hanya untuk hak kami sendiri,” imbuh Ayesha kepada Agence France-Presse (AFP).

Begitu pula yang dialami Amrut, rekan mahasiswa lainnya yang terdampak perselisihan itu. Sebab, kejadian tersebut secara tidak adil mencegahnya menghadiri kelas.

Di dekatnya berdiri, ada kerumunan anak laki-laki Hindu yang mengenakan selendang safron. “Kami telah meminta mereka untuk tidak mengenakan jilbab. Tapi hari ini mereka mengenakan hijab. Mereka tidak mengizinkan kami masuk ke dalam,” kata Amrut.

 

 

Sumber: Harian Sabah/IQNA

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *