Prinsip dan Integritas Guru Ngaji

 Prinsip dan Integritas Guru Ngaji

Kemajuan Ekonomi Islam (Ilustasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Pertengahan tahun 2022 ini mungkin boleh saya sebut sebagai tahun maraknya kasus pelecehan seksual yang dialami oleh anak-anak dibawa umur, peserta didik dan juga santriwati. Pelecehan seksual sebenarnya merupakan rencana jahat dari para pelaku dengan mengimingi sesuatu ataupun melalui berbagai ancaman, seperti kualatlah dan lain sebagainya.

Secara profesi sebagai seorang guru tentumya saya miris melihat fenomena pendidik yang telah diketahui aksi-aksi bejatnya. Namun, secara kemanusiaan saya juga lebih tersentak, marah, kecewea, dan bertanya-tanya lha kok bisa seorang manusia yang dilimpahi ilmu agama, pengetahuan dan sosial berperilaku laiknya seorang binatang.

Kasus yang masih kita ingat betul saat Herry Wirawan, yang katanya seorang guru ngaji memperkosa kurang lebih 13 santriwatinya hingga sebagian hamil, Uztadz Gay yang juga seorang guru tega mencabuli siswinya sekitar 2 tahun dan tahukan anda mereka masih sekitar seumuran anak SMP. Serta yang terbaru adalah kasus Mas Bechi seorang anak Kyai kondang dan menjadi tokoh dalam salah satu thoriqoh namun tega-teganya melakukan pelecahan seksual kepada santriwatinya, hingga menjadi buron.

Ini hanyalah beberapa contoh kasus, baru setitik air yang diketahui keruh namun mungkin masih banyak kasus serupa terjadi diluar sana. Lantas apa yang harus kita perbuat, melihat beragam realitas sosial yang terjadi penyimpangan.

Jawabannya adalah dengan tetap mencegah kemungkaran, entah kemungkaran itu berasal dari diri kita agar tak meniru aksi bejat serupa, maupun mencegah kemungkaran dan mengawal kasus-kasus semacam ini agar para korban yang terkena akibatnya mendapatkan keadilan.

Hal ini juga telah dijelaskan melalui hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Jika di antara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tanganmu, dan jika kamu tidak cukup kuat untuk melakukannya, maka gunakanlah lisan, namun jika kamu masih tidak cukup kuat, maka ingkarilah dengan hatimu karena itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim)

Saya rasa cukup jelas isi hadist tersebut untuk apa, dan tentunya kita mengetahui sendiri bagaimana kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, wabil khusus untuk mengawal atau mengungkap kasus-kasus pelecehan terutama di tempat-tempat yang dijadikan syiar Islam.

Kyai membela tersangka

Ironi melihat tempat yang suci yang dipenuhi dengan kumandang ayat Al-Qur’an, limpahan keberkahan mushonif  kitab, hingga keberkahan dari sang tauladan Kyai Pengasuh.

Namun, seketika stigma saya rasanya kini sedikit merasa ragu bagaimana bisa seorang Kyai terkemuka, yang kata-katanya terbiasa penuh dengan ketegasan, kritikan dan nasihat. Kini seketika seolah-olah membela dan melindungi si pelaku pelecehan.

Membaca bagaimana upayanya dalam mengerahkan masa agar sang putra tak ditangkap, menebar kata-kata tak masuk akal hingga menyuruh polisi yang sedang menjalankan tugas untuk kembali ke markasnya, serta membalikkan segala tuduhan dengan kata “fitnah” belaka. Lha apa njenegan tak peka dengan nasib para lorban yang tengah mencari keadilan, bagaimana perasaan dan beban psikologis mereka saat anda berkata demikian?

Saya ucapkan terimakasih pula kepada Pak Kyai yang telah berkenan untuk menyerahkan putranya untuk dilakukan pemeriksaan. Terlepas dari segala sikap kurang elegan awal Pak Kyai, kini panjenengan sudah mulai ikhlaskan Mas Bechi untuk dilakukan pemeriksaan secara hukum yang berlaku.

Luhurkan profesi dan institusi

Profesi dalam setiap pekerjaan, entah itu sebagai guru, pendakwah, pendidik, dan kata lainnya tak lepas dari yang namanya prinsip dan integritas.

Secara definisi prinsip diartikan sebagai sebuah pernyataan akan nilai-nilai kebenaran secara umum atau individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai pedoman dalam bertingkah laku, berpikir dan bertindak.

Sedangkan integritas memiliki pengertian sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.

Prinsip dan integritas inilah harus dipegang dengan sebenar-benarnya oleh setiap manusia, apalagi yang telah memiliki profesi ataupun dipercaya sebagai seorang pendakwah agama, pendidik, guru, uztad, dan lain sebagainya yang seringkali dititipi oleh banyak orang putra-putri mereka untuk dididik agar menjadi generasi yang baik kedepannya.

Janganlah sekali-kali karena nafsu bejat, kalian malah gadaikan kehormatan amanah kalian dan lecehkan harkat dan martabat sang murid. Mungkin sebagian berpikir saat melakukan tindakan demikian tak ada yang mengetahui, akan tetapi Gusti Allah Maha Mengetahui.

Mungkin pula dalam akan berbuat demikian telah berpikir akan tidak tersentuh hukum, akan tetapi kenyataannya hukuman terberat adalah di akherat. Setiap yang berbuat akan dimintai pertanggungjawabannya dan disetiap tanggung jawabnya ada risikonya.

Wallahua’lam Bisshowab

Hilal Mulki Putra

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *